Langsung ke konten utama

APA ITU RUMAH?

(Bermain Bola di Rumah Eksistensi - Dok. Pribadi)


Dulu saat saya masih kuliah S1, saya kebetulan bertemu dengan teman yang berasal dari Program Studi Arsitek. Pertemuan saya dengannya bertepatan pada saat kami sama-sama dalam satu unit KKN di desa Grabag, Magelang, Jawa Tengah sekitar tahun 2013 lalu. Kawan saya ini memang pandai sekaligus unik. Suatu ketika saya sempat bertanya kepadanya tentang apa itu arsitek?


Jawabannya sungguh diluar asumsi yang saya punya tentang arsitek. Saya kira jawabannya akan sama dengan yang saya bayangkan, bahwa arsitek adalah tentang suatu desain tata ruang dalam arti fisik yang sempit seperti bangunan rumah, kantor, dst. Tapi... jawaban teman saya itu diluar prediksi asumsi saya. Dia menjelaskan bahwa, "Arsitek itu adalah sejauh mana mata Anda memandang ke semua sisi, dan ketika jarak pandang Anda berhenti pada suatu titik tertentu sesuai jangkauan penglihatan Anda, maka itulah arsitek".


Jawabannya itu membuat saya berhenti sejenak. Menarik asap rokok pelan-pelan lalu tiba-tiba dipikiran saya "WOW...!!" berarti arsitek itu tidak hanya soal desain tata ruang dalam arti fisik yang sempit, tapi bahkan melampaui itu semua, yakni bisa dikatakan alam semesta adalah juga arsitek (desain tata ruang). Dari jawabannya itu kemudian membuat saya mempertanyakan lagi tentang, "Apa itu rumah yang sebenarnya?".


Kalau kita kembali pada arti arsitek sesuai jawaban teman saya tersebut, maka jawaban atas apa itu rumah adalah tidak selamanya menunjukkan batas teritorial (batas tata ruang - arsitek). Dengan kata lain, pengertian rumah melampaui batas teritorial ruang dalam arti sempit. Tegasnya adalah desa itu rumah, kota itu rumah, negara itu rumah, dan alam semesta adalah juga rumah dari semua makhluk hidup yang ada di dalamnya. Semua adalah rumah dalam arti luas tak terbatas. 


Karena rumah itu adalah ruang yang tak terbatas, maka segala apapun yang ada di dalam ruang selalu berelasi intens penuh keintiman sepanjang waktu. Saya berelasi intens dengan udara, dengan hewan-hewan yang ada di mana saja, dengan pohon-pohon, dan semuanya. Relasi intens saya dengan makhluk-makhluk lainnya di rumah yang tak terbatas sepanjang sejarah ini yang kemudian membuat saya merasa nyaman dan tenteram. Jadi, esensi rumah itu adalah kenyamanan. 


Jika rumah itu dibatasi, maka saya merasa tidak nyaman. Begitupun dengan burung-burung, jika ia dikurung di dalam sangkar, maka tentu ia pasti tidak merasa nyaman. Karena, rumah bagi si burung adalah tidak terbatas. Begitu juga dengan saya. Jika rumah saya dipagari tembok-tembok perusahaan, tentu saya merasa tidak nyaman. Hal ini karena keseharian saya bersama rumah yang tak terbatas adalah saya selalu membangun relasi intens dengan bukit atau mungkin gunung yang berada diluar tembok-tembok perusahaan. 


Karena rumah maka diri saya eksis. Eksistensi ke-diri-an saya tampak dari munculnya rasa kenyamanan dan ketenteraman karena berada di dalam rumah yang tak terbatas. Keseharian saya bersama rumah sudah membangkitkan rasa emosionalitas saya terhadapnya. Misalnya, keseharian masyarakat petani ialah selalu di dalam rumah ladang-ladangnya yang ada di lembah-lembah bukit atau dataran luas. Keseharian masyarakat nelayan ialah selalu di dalam rumah lautannya. 


Rumah-rumah itu jika di desain menjadi terbatas, dengan kata lain dieksploitasi melalui program-program tertentu, maka semua makhluk hidup yang ada di dalamnya pasti merasa tidak nyaman. Karena watak eksploitatif ialah selalu melahirkan disequilibrium relasi antara makhluk hidup dengan rumah yang tak terbatas. Disequilibrium melahirkan ketidaknyamanan, sehingga berimplikasi pada hilangnya esensi rumah yang sesungguhnya. 


Jadi, rumah adalah sesuatu yang tak terbatas, dan tidak boleh dibatasi. Rumah yang tak terbatas selalu membuat semua makhluk yang ada di dalamnya menjadi nyaman. Kenyamanan adalah esensi dari adanya rumah. "Anda kalau berada di dalam rumah yang tidak nyaman, pasti kesel dan marah. Karena itulah, jagalah rumah Anda. Jagalah lingkungan rumah Anda kalau Anda mau merasa nyaman". Begitulah rumah yang sesungguhnya. 


Ambon, 03 Juni 2023

MKR Pelupessy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celoteh Pohon Sukun tentang Virus Mematikan

Pohon sukun itu terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dia tumbuh ke atas, akar menancap ke bawah, ranting menjalar ke kiri dan ke kanan. Indah memang indah. Dia berkembang dari usia muda menjadi dewasa sehingga membuatnya lebih memahami apa yang di butuhkan kita semuanya.  Di bawah pohon sukun itu juga, sang proklamator menemukan mutiara pancasila, berisi lima dasar yang saling mengikat antar sesamanya. Kelima dasar ini jika di peras akan menjadi Tri Sila (Nasionalisme, Demokrasi, dan Keber-Tuhan-an), dan jika di peras lagi akan menjadi Eka Sila: Gotong Royong! Sebagaimana yang di ajarkan pohon sukun, bahwa rimbun daunnya dapat memberi rasa damai pada semua makhluk yang ada di bawahnya.  Seiring berjalannya waktu, pohon sukun itu mulai menua. Daun-daunnya mulai kehilangan energi, fotosintesis berjalan lambat. Akar-akarnya mulai sulit menyerap air, mungkin kita jarang menyiraminya, atau kita malah balik menyalahkan semesta: kok tidak turun hujan! Salah ...

Filosofi Nasi Pulut dalam Perilaku Orang Siri-Sori Islam

Tradisi orang Maluku sudah terlampau banyak. Salah-satu tradisi yang patut kita angkat jempol ialah tradisi "Ipika Mese-Mese". Tradisi ini khas di miliki orang Siri-Sori Islam, tepat di ujung pulau Saparua sana.  Meskipun luas Siri-Sori Islam tak seberapa, namun dari sana lahir anak-anak muda cerdas, yang berani memposisikan diri dalam berbagai sektor, baik politik, birokrasi, maupun akademisi. Sebab, orang Siri-Sori Islam punya perangkat kemajuan bersama, yakni Ipika Mese-Mese.  Hakikat Ipika Mese-Mese bisa kita lihat pada simbol nasi pulut. Pulut berasal dari beras padi ketan. Jika kita lihat padi ketan, kita akan menemukan bahwa semakin berisi padinya maka ia semakin merunduk. Makna filosofinya ialah rendah hati, santun, dan penyabar.  Jika butiran beras ketan kita kumpul dan masak, maka semuanya akan saling lengket-menyatu. Artinya, kepribadian rendah hati, santun, dan penyabar dari semua anak negeri lebur menjadi satu (lengket-menyatu).  Mak...

"MITOS PRIBUMI MALAS"

( Ilustrasi pribumi. Lukisan ) Istilah "mitos pribumi malas" ini saya temui dari buku hasil penelitian yang ditulis Tania Murray Li dan Pujo Semedi (2022). Buku itu berjudul "Hidup Bersama Raksasa". Maksudnya, masyarakat hidup bersama perusahaan perkebunan. Kembali ke soal istilah, "Apakah pribumi kita benar-benar berwatak pemalas? Ataukah ini hanya mitos saja agar kita merasa inferior dalam mengelola sumber daya yang ada secara mandiri dan harmonis?" Jika kita periksa lembar-lembar sejarah, kita akan temui banyak fakta tentang mustahilnya pribumi kita punya watak pemalas. Kalau pribumi kita pemalas, maka tidak mungkin waktu itu pribumi kita bisa membuat perahu lalu mengarungi samudra sampai ke Madagaskar. Mustahil juga pribumi kita waktu itu melakukan perdagangan internasional sampai di anak benua India, lalu dari situ bahan-bahan dagang kita (putik cengkih, lada, dan pala) tersebar ke seluruh Eropa.  Usaha pribumi kita melakukan perdagangan internasional...

Kreativitas dan Cengkih

Era sekarang menuntut nalar kreatif, jika tidak maka bisa ketinggalan dari daerah lain, bahkan dari negara-negara lain di dunia. Ada banyak hal yang harus kita geser, dari sikap ekslusif menjadi inklusif, dari tidak percaya diri menjadi percaya diri, dan dari konvensional menjadi terbarukan.  Kebiasaan mengelola dan memberdayakan potensi alam juga harus kita geser, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru.  Dari dulu sampai detik ini, Maluku terkenal dengan kualitas buah cengkih-nya di samping memiliki potensi laut yang melimpah-ruah. Pohon cengkih mulai berbuah setelah lima tahun pertama kita menanamnya. Setelah itu, setahun sekali barulah berbuah lagi.  Harga sekilonya kadang naik kadang turun, tergantung nuansa pasar. Kemarin, 20 ribu sekarang 40 ribu, besok mungkin beda lagi. Begitupun seterusnya. Ini kebiasaan lama kita.  Namun, jika kita geser kebiasaan lama ini menjadi kebiasaan baru, maka nilai harga cengkih bisa melonjak tajam. Ini butuh kreativitas tingka...

PSIKOLOGI KRITIS (Sedikit Catatan)

"Jangan-jangan, psikologi yang saya pahami adalah buah dari kerja-kerja relasi kuasa di luar sana, yang saya tidak mengerti, tapi diam-diam masuk dan kita meyakininya sebagai kebenaran. Parahnya, kita mempraktikkannya tanpa kesadaran kritis" (Jumat, 11 Oktober 2024).  Asumsi itu muncul setelah saya baru selesai mengikuti kegiatan Konferensi Nasional yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan ini mengangkat tema "Menyala Indonesiaku: Psikologi sebagai Pilar Kesehatan Mental Generasi Emas". Dalam kegiatan itu, ada satu kajian yang menarik perhatian saya yakni, psikologi diskursus atau psikologi kritis. Sebuah kajian yang sedang saya minati belakangan ini. Berikut ini adalah sedikit dari catatan saya mengenai kegiatan itu yang kemudian saya gabungkan/menyadur dari artikel Prof. Teguh Wijaya Mulya.  .................. Teori-teori psikologi yang sudah mapan belum tentu dapat digunakan secara langsung untuk membaca fenomena psikologis di Indonesia. Perlu melihat ...

CONTOH: TULISAN ESAI LULUS BEASISWA

Untuk melamar beasiswa, seperti beasiswa LPDP Kemenkeu, maka pelamar diminta untuk menulis esai singkat tentang sejumlah kontribusi yang telah dilakukan selama ini. Ulasan tentang kontribusi ini paling tidak menjawab tiga hal yakni; (1) Kontribusi apa yang TELAH dilakukan?; (2) Kontribusi apa yang SEMENTARA dilakukan?; dan (3) Kontribusi apa yang NANTI dilakukan?. Intinya, ceritakan kontribusi apa baik itu SEBELUM, SEKARANG, dan NANTI. Membicarakan kontribusi ini bukan bermaksud untuk membanggakan diri sendiri, tapi sejauhmana peran anda di tengah kehidupan sosial. Berikut ini adalah contoh esai yang sudah saya tulis, dan alhamdulillah lulus beasiswa. Semoga bermanfaat.  ..............................  "Hidup damai” adalah dambaan setiap makhluk hidup di dunia ini. Baik itu hewan, tumbuhan, tanah, dan manusia, semuanya mendambakan kedamaian hidup. Itulah yang saya rasakan saat menulis personal statement ini setelah merefleksikan perjalanan hidup saya mulai sejak lahir hingga s...

Tujuan PRESTASI bukan IPK melainkan ILMU

Kisah nyata. Saat ini aku ingin bercerita tentang PRESTASI. Cerita ini bermula ketika aku masih duduk di bangku kuliah kala itu.  Semester awal, prestasi ku terbilang memuaskan. Aku banyak belajar, baca buku, dan jarang main-main. Aku banyak menghabiskan waktu senggang di perpustakaan.  Seiring berjalannya waktu, prestasi ku semakin anjlok. Aku banyak menyibukkan diri di organisasi.  Aku tak peduli dengan kuliah. Bagiku organisasi ialah tempat yang sama dengan kuliah. Di organisasi, aku bisa mengasah skill, yang hal ini tidak pernah aku dapat di bangku kuliah.  Tak hanya itu. Bahkan di organisasi juga aku banyak berdiskusi dengan kawan-kawan dari berbagai jurusan.  Bersama mereka, aku habiskan waktu untuk mengkaji filsafat. Mengkaji pemikiran para tokoh-tokoh kaliber dunia. Dan masih banyak topik kajian lainnya. Karena rutinitas yang terlalu padat di luar kampus, akhirnya aku mendapat IPK 2,75. Prestasi yang luar biasa sekaligus KONY...