Maluku memiliki tradisi yang melimpah. Ada tradisi panas pela, arumbae, pukul sapu, dan masih banyak lagi.
Semua tradisi punya makna tersendiri. Misalnya, tradisi panas pela, punya makna ialah menjaga kohesi sosial. Yang berbeda (agama) di satukan dalam ritual bersama.
Di samping itu, ada juga tradisi "pukul kain" di desa Kaiololo, pulau Haruku. Tradisi ini katanya sudah di praktikkan sejak lama.
Uniknya, tradisi ini bertepatan dengan malam bulan puasa. Setiap anak bahkan sampai orang dewasa akan saling pukul menggunakan kain. Kenapa harus kain? Ialah pertanyaan yang unik di jawab segera.
Kain atau sarung sudah menjadi salah-satu pakaian sehari-hari umat muslim Indonesia. Orang Jawa menyebutnya "sarungan".
Dalam komunitas Nahdliyin, kain sudah menjadi pakaian khas dan wajib di gunakan saat mengikuti berbagai kegiatan. Namun, di Ternate, Maluku Utara, menggunakan kain punya aturan tersendiri.
Di Ternate, ketika kita mau sholat di Sigi Lamo (Masjid Kesultanan), kita di larang pakai kain. Alasannya, dulu, di masa kolonial, masyarakat Ternate ketika mau B-A-B selalu pakai kain. Kain di gunakan untuk menutup diri saat mau B-A-B di pantai.
Karena kain selalu di gunakan saat B-A-B, maka kain pun di larang pada saat mau sholat. Terkhusus sholat di Sigi Lamo.
Penggunaan kain di Pulau Haruku, Kailolo juga punya keunikan tersendiri. Kadang, kain di pakai untuk sholat, namun adakalanya juga di pakai untuk adu-kelahi. Penulis sempat nonton adegan kelahi pakai kain ini di Kailolo.
Adu kelahi pakai kain di Kailolo ini di lakukan masyarakat dari berbagai usia. Setiap individu yang ingin adu kelahi akan di bagi menjadi dua kelompok.
Kedua kelompok akan saling berhadap-hadapan. Setelah itu maka adu kelahi pakai kain pun terjadi. Setiap orang yang nonton bersorak-sorai.
Adu pukul pakai kain ini di praktikkan setiap malam bulan puasa. Hiburan yang unik. Selepas adu pukul kain, setiap masyarakat merasa lega.
Sekilas, jika di lihat dari perspektif psikologi, hal ini dapat menguras emosi negatif, stres, cemas, dll. Inilah hikmahnya. Semoga, tradisi adu pukul pakai kain ini terus di praktikkan masyarakat setempat. Aamiin.
Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Minggu, 10 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar