Batu pamali, salah-satu tempat sakral orang Maluku. Hampir semua negeri atau kampung di Maluku ada batu pamali-nya. Batu ini diletakkan tepat di dalam rumah baileo. Pemaknaan atas rumah adat baileo sendiri ialah sebagai "balai" tempat musyawarah para tetuah.
Di batu pamali ini, para tetuah dari berbagai marga bersatu untuk menyepakati norma hukum. Norma inilah yang mengikat masyarakat kampung di kemudian hari. Norma-nya lebih terkait adab pergaulan sosial, ritual adat istiadat, sampai pembagian tanah garapan.
Oleh sebab itu di sebut "pamali". Kata "pamali" merupakan serapan dari bahasa Pasundan. Dalam terminologi Pasundan, kata "pamali" diartikan sebagai norma tradisi lokal, menyangkut adab kesopanan, adab komunikasi, adab persatuan, dsb.
Selain sebagai tempat kesepakatan, batu pamali juga merupakan perwujudan dari konsep ke-Tuhan-an ala orang Maluku. Hal ini bisa kita lihat dari tekstur batu dan letak batu ini berada di dalam rumah adat baileo.
Batu pamali (istilah antropologi: batu dolmen) berbentuk persegi panjang, dengan empat bongkahan batu berukuran sekepal tangan di letakkan pada setiap sudut untuk menyanggah batu pamali. Perumpamaan ini menjelaskan bahwa batu pamali (batu besar) tersebut sebagai surga (tempat bersemayamnya Tuhan), dan empat bongkahan batu lainnya sebagai tiang (bumi) penyanggah surga.
Itulah makna filosofi di balik batu pamali. Ada dua hal yang bisa kita petik dari batu pamali. Pertama, sebagai tempat "persatuan" para tetuah, yang dari sana lahir beragam adab sopan-santun, adab komunikasi, dll. Kedua, batu pamali sebagai tempat pengenalan jati diri, terkait dengan hal-hal spiritualitas orang Maluku.
Gadihu - Kebun Cengkeh
Kamis, 06 Agustus 2020
Qashai Pelupessy
Komentar
Posting Komentar