Langsung ke konten utama

Kelahiran Siri-Sori Islam, Sudah Berusia 608 Tahun


Kita masih ingat, pada tahun 2017 lalu, sultan Tidore pernah berkunjung ke Siri-Sori Islam. Di tengah kunjungan beliau sempat mengatakan (dalam terjemahan bebasnya) bahwa, “Siri-Sori Islam dan Tidore memiliki tali hubungan yang harmonis dan tercatat dalam lembar sejarah nusantara”.


Pernyataan itu membuktikan bahwa Siri-Sori Islam termasuk salah-satu kerajaan yang sangat diperhitungankan pada masanya. Sebagai kerajaan yang diperhitungkan, maka ACS dimanapun berada harus berbangga hati.

Namun, kita tak cukup berbangga hati saja, sebab hal itu menuntut kita untuk harus mengenal sejarah kita sendiri lebih dalam lagi. Disinilah saatnya kita harus bertanya, “Sejak kapan Siri-Sori Islam lahir?”. Kalau memang kerajaan kita benar-benar diperhitungkan dan memiliki posisi setara dengan kerajaan-kerajaan lain di nusantara, maka sejatinya pertanyaan itu harus dijawab segera.

Telah banyak kerajaan-kerajaan di nusantara yang sudah menyepakati tahun kelahirannya. Misalnya, kesultanan Ternate mendeklarasikan kelahirannya pada tahun 1257 masehi. Selang beberapa tahun kemudian, di abad yang sama, kesultanan Tidore lahir.

Kesepakatan tahun kelahiran sebuah negeri/kerajaan ini sangat penting, sebab akan berdampak pada tiga aspek yang sangat krusial di masa depan. Ketiga aspek ini ialah:
1) Pendidikan sejarah dan kebudayaan
2) Penguatan jati diri ACS
3) Parawisata yang berdampak pada pembangunan negeri

Ketiga aspek itu akan terasa dampaknya jika kita coba tengok perayaan hari ulang tahun kesultanan Ternate, dimeriahkan oleh pentas seni tari dan ritual adat lainnya. Perayaan ini sangat menguntungkan baik secara materil maupun moril bagi anak cucu Ternate.

Bahkan, perayaan itu tidak hanya memberi keuntungan bagi generasi Ternate, namun perayaan itu juga menarik animo banyak wisatawan berkunjung ke Ternate. Akhirnya, nama harum Ternate semakin gemilang.

Kalau hal itu bisa dilakukan Ternate, mengapa kita tidak bisa? Meskipun ukuran kerajaan kita hanya noktah kecil di ujung pulau Saparua, tapi kita memiliki budaya…dan sejarah.. yang tak kalah canggihnya dari kerajaan-kerajaan lain di nusantara. Ya…paling tidak jika kita ingin membuat perayaan hari ulang tahun Siri-Sori Islam, tentu harus sesuai dengan besaran ongkos kita sendiri, atau bisa bekerjsama dengan Kementerian Parawisata.

Kembali ke konteks pertanyaan di atas, “Kapan Siri-Sori Islam lahir?”. Ada dua pandangan yang bisa dijadikan sumber untuk menyepakati tahun kelahiran Siri-Sori Islam.

PERTAMA, pandangan masyarakat umum. Masyarakat kita memandang bahwa kedatangan orang pertama di Siri-Sori Islam ialah dari para muballigh pada abad 1212 masehi. Mereka bernama Syaikh Abdurrahman Assagaf dan Zainal Abidin Al-Idrus. Keduanya berasal dari Iraq.

Meskipun pandangan itu benar menurut masyarakat, tapi pandangan itu akan dibantah dengan sebuah pertanyaan, “Lantas para muballigh itu mensyiarkan Islam kepada siapa?”. Artinya, ada sekelompok masyarakat lain lagi yang paling pertama datang ke Siri-Sori Islam sebelum para muballigh itu.

Disinilah kita bisa petakan, bahwa ada dua gelombang masyarakat yang datang ke Siri-Sori Islam. Gelombang pertama bisa disebut sebagai “gelombang masyarakat adat” dengan misinya ialah menetap dan bercocok tanam. Gelombang kedua bisa kita sebut sebagai “gelombang masyarakat religius” yakni para muballgih dengan misi mensyiarkan agama Islam.

Kedua gelombang masyarakat itu bisa kita lihat buktinya saat ini ialah kedekatan rumah adat baileo dengan masjid Baiturrahman. Dua bangunan itu membuktikan adanya akulturasi antara gelombangan masyarakat adat dengan masyarakat religius di Siri-Sori Islam.

KEDUA, untuk membuktikan sekaligus menyepakati tahun kelahiran negeri Siri-Sori Islam, kita harus berpijak pada pandangan sains. Dalam penelitian yang dilakukan Syahruddin Mansur (2013, Jurnal Kapata) menunjukkan bahwa masyarakat adat di negeri lama Elhau sudah mengggunakan piring-piring porselen antik.

Piring-piring itu tampak ada di sekitar batu dolmen (batu pamali) di baileo, negeri lama Elhau. Dalam kajian antropologi, piring-piring itu memiliki tekstrur dan artefak yang mewakili zaman Dinasti Ming abad 14 masehi. Artinya, masyarakat sudah mendiami negeri lama Elhau sejak abad 14 masehi.

Berdasarkan dua pandangan di atas, yakni pandangan masyarakat umum dan pandangan sains, maka tampak ada dua jenis tahun kelahiran Siri-Sori Islam. Pertama, tahun 1212 masehi, dan kedua tahun 14an masehi. Nah, sekarang kita mau sepakati yang mana?

Meskipun demikian, jika kita perhatikan secara seksama, maka sebetulnya kedua tahun ini (1212 masehi dan 14an masehi) memiliki kontrakdiksi antara satu dengan yang lainnya. Namun, beta tidak masuk ke pembahasan tersebut, sebab hanya ahli sejarah yang layak membedahnya.

Selanjutnya ialah kita bicara tanggal, kapan Siri-Sori Islam lahir? Jika kita tengok budaya kita, sering dimeriahkan oleh tradisi hadarat, yang di dalammya ada sanjungan sholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Dari sini kita bisa tarik tanggalnya yakni dari hari kelahiran nabi besar Muhammad SAW. Halir lahir nabi jatuh pada 12 rabiul awal.

Artinya, setiap 12 rabiul awal atau 23 April, disamping kita merayakan maulid nabi, juga sekaligus merayakan hari lahir Siri-Sori Islam. Fungsinya ialah mendekatkan jiwa masyarakat dengan sumber kehidupan yakni nabi Muhammad SAW. Meskipun demikian, ini hanya sebatas tawaran saja.

Akhirul kalam, jika kita sepakati tahun kelahiran Siri-Sori Islam jatuh pada 23 April 1412, maka saat ini Siri-Sori Islam sudah berusia 608 tahun. Tanggal 23 April itu diambil dari hari kelahiran nabi, sedangkan angka 14 diambil dari pandangan sains, dan angka 12 diserap dari pandangan masyarakat umum, semuanya menjadi 23 April 1412 masehi, inilah tahun kelahiran negeri/kerajaan Siri-Sori Islam.

Gunung Malintang – Ambon
19 Agustus 2020

Qashai Pelupessy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Islam Masuk ke Siri-Sori Islam

Sampai detik ini, sejarah masuknya Islam ke pulau Saparua, tepatnya di negeri Siri-Sori Islam masih menjadi misteri. Ada pendapat mengatakan bahwa masuknya Islam ke Siri-Sori Islam tepat pada tahun 1212 masehi. Apakah pendapat ini benar demikian? Wallahua’lam. Jika kita mengatakan Islam masuk ke Saparua, tepatnya di Siri-Sori Islam pada abad 11/12 masehi, maka bisa dikatakan bahwa pendapat itu “hampir” benar adanya. Memang, pada abad 11/12 masehi ini Islam masuk ke Nusantara dibawa saudagar muslim asal Persia. Buktinya ialah pengaruh bahasa Persia dikalangan kerajaan-kerajaan Nusantara tentang kebiasaan duduk “bersila”. Kata “bersila” ini diserap dari kitab ‘Ajaib Al-Hind dikarang oleh muslim Persia bernama Buzurg bin Shariyar Al-Ramhurmuzi abad 11 masehi. Sekarang, mari kita tengok budaya kerajaan kita (di Siri-Sori Islam), apakah ada kebiasaan duduk “bersila” di hadapan raja? Wallahua’lam. Kalau kita lihat budaya kita, mustahil ada budaya duduk bersila dihadapan raja. Artinya, hal in...

Kata "Tabea" sebagai Wujud Perilaku Sopan-santun Orang Maluku - Malut

Dialah Dieter Bartels, antropolog asal Jerman yang sudah puluhan tahun melakukan studi di Maluku, mengatakan bahwa, meskipun orang Maluku itu punya watak keras dan terkadang diperankan sebagai "preman" di kota-kota besar, namun banyak juga orang Maluku yang punya perangai cerdas, cerdik, dan berpengetahuan luas. Artinya, stigma keras kepala alih-alih kurang beradab yang melekat pada orang Maluku ialah suatu kekeliruan yang cukup besar.  Orang Maluku yang beradab ini dapat kita lihat dalam praktik kebudayaan, ada terselip nilai-nilai etis yang sangat tinggi. Salah-satu budaya yang dapat kita perlihatkan di sini ialah kata "tabea", biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari atau dalam upacara adat tertentu. Hampir setiap daerah yang ada di Indonesia bagian timur, kata "tabea" ini tak asing lagi di dengar khayalak umum.  Di Bone, Sulawesi Selatan, misalnya, ada kata "tabea" (dengan penghilangan huruf a menjadi tabe). Beta pernah dengar ...

Kata "Tabea" sebagai Bentuk Motivasi Orang Maluku - Malut

Di artikel sebelumnya, beta telah ulas mengenai kata "tabea" sebagai wujud perilaku sopan-santun. Sekarang ini, beta akan bahas perihal kata tabea sebagai "daya tonjok psikologis" atau bisa kita maknai sebagai motivasi diri. Kata "tabea" biasa dipraktikkan ketika seorang pemuda berjalan di depan orang tua, maka ia harus nunduk sambil membungkukkan badan, terus ia katakan "tabea - permisi".  Adakalanya juga kata "tabea" ini muncul dalam praktik tarian-tarian adat di Maluku, seperti tarian soya-soya (di Maluku Utara), dan sesekali kata itu juga diteriakkan para penari dalam tarian cakelele. Selain itu, kata tabea juga muncul dalam tradisi "arumbai manggurebe". Para kapitan atau malesi dalam beberapa kesempatan upacara adat, setelah mereka menutup sambutan akan dibarengi dengan teriakan, "tabea!" (dengan suara lantang), sontak masyarakat yang mendengar juga meneriakkan kata yang sama, "tabea!".  ...

PSIKOLOGI KRITIS (Sedikit Catatan)

"Jangan-jangan, psikologi yang saya pahami adalah buah dari kerja-kerja relasi kuasa di luar sana, yang saya tidak mengerti, tapi diam-diam masuk dan kita meyakininya sebagai kebenaran. Parahnya, kita mempraktikkannya tanpa kesadaran kritis" (Jumat, 11 Oktober 2024).  Asumsi itu muncul setelah saya baru selesai mengikuti kegiatan Konferensi Nasional yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan ini mengangkat tema "Menyala Indonesiaku: Psikologi sebagai Pilar Kesehatan Mental Generasi Emas". Dalam kegiatan itu, ada satu kajian yang menarik perhatian saya yakni, psikologi diskursus atau psikologi kritis. Sebuah kajian yang sedang saya minati belakangan ini. Berikut ini adalah sedikit dari catatan saya mengenai kegiatan itu yang kemudian saya gabungkan/menyadur dari artikel Prof. Teguh Wijaya Mulya.  .................. Teori-teori psikologi yang sudah mapan belum tentu dapat digunakan secara langsung untuk membaca fenomena psikologis di Indonesia. Perlu melihat ...