Langsung ke konten utama

Sejarah Islam Masuk ke Siri-Sori Islam


Sampai detik ini, sejarah masuknya Islam ke pulau Saparua, tepatnya di negeri Siri-Sori Islam masih menjadi misteri. Ada pendapat mengatakan bahwa masuknya Islam ke Siri-Sori Islam tepat pada tahun 1212 masehi. Apakah pendapat ini benar demikian? Wallahua’lam.


Jika kita mengatakan Islam masuk ke Saparua, tepatnya di Siri-Sori Islam pada abad 11/12 masehi, maka bisa dikatakan bahwa pendapat itu “hampir” benar adanya. Memang, pada abad 11/12 masehi ini Islam masuk ke Nusantara dibawa saudagar muslim asal Persia. Buktinya ialah pengaruh bahasa Persia dikalangan kerajaan-kerajaan Nusantara tentang kebiasaan duduk “bersila”.


Kata “bersila” ini diserap dari kitab ‘Ajaib Al-Hind dikarang oleh muslim Persia bernama Buzurg bin Shariyar Al-Ramhurmuzi abad 11 masehi. Sekarang, mari kita tengok budaya kerajaan kita (di Siri-Sori Islam), apakah ada kebiasaan duduk “bersila” di hadapan raja? Wallahua’lam. Kalau kita lihat budaya kita, mustahil ada budaya duduk bersila dihadapan raja. Artinya, hal ini membuktikan bahwa kemungkinan besar Islam masuk ke Siri-Sori Islam bukan pada abad 11/12 masehi.


Lantas, Islam masuk ke Siri-Sori Islam abad ke berapa? Beberapa tahun lalu tepat tahun 2015 atau jauh sebelum itu, masyarakat setempat menemukan kuburan tua di Siri-Sori Islam. Kuburan tua ini bertarikh 1286 disertai ada tulisan “Hajratuddin”. Apakah tahun itu menandakan tahun hijriyah atau masehi?


Rata-rata kuburan tua umat muslim yang tersebar di Nusantara bertahun hijriyah, bukan masehi. Misalnya, kuburan tua sultan Malik Al-Shaleh di Samudera Pasai bertarikh 696 hijriyah (1297 masehi). Tekstur dan artefak nisan kuburan tua muslim pada abad itu dipengaruhi budaya Gujarat, India. Pada abad 13, Nusantara dipengaruhi muslim Gujarat.


Meskipun demikian, kuburan tua di Siri-Sori Islam, walaupun ber-tekstur Gujarat, tapi tahun 1286 ini bukan menandakan tahun masehi, melainkan tahun hijriyah. Jika tahun 1286 hijriyah ini kita ubah ke tahun masehi, maka kuburan tua di Siri-Sori Islam itu dibangun pada 1869 masehi. Artinya, kuburan tua itu dibangun 52 tahun setelah perang Pattimura di pulau Saparua. Apakah ini berarti Islam masuk ke Siri-Sori Islam pada abad 17 masehi? Mari kita tengok bukti lainnya.


Di negeri lama Elhau, di sini berdiri rumah adat Baileo. Di dalam Baileo ada batu dolmen (batu pamali). Di sekitar batu pamali ditaruh beberapa pecahan piring porselen antik. Artefak dan tekstur piring ini disinyalir berasal dari muslim Cina yang dibawa oleh armada Laksamana Cheng Ho abad 14 masehi.


Armada Laksamana Cheng Ho sendiri termasuk salah-satu kaisar Cina beragama Islam yang melakukan pelayaran selama 48 tahun (dari abad 1405 – 1453 masehi), dan beliau pernah singgah di Nusantara, tepatnya di daerah Tuban. Uniknya, tercatat dalam lembar sejarah kita bahwa masuknya Islam ke Siri-Sori Islam juga pernah dibawa ulama asal Tuban, kita memanggilnya Muhammad Abdullah. Apakah ini berarti bahwa Islam masuk ke Siri-Sori Islam pada abad 14an masehi? Mari kita tengok bukti lainnya lagi.


Di negeri lama Elhau, ada beberapa makam yang dikuburkan dengan posisi utara-selatan, dan ada juga berposisi timur-barat. Berdasarkan telaah/asumsi dari Iskandar Pelupessy (dengan mengutip penelitian Wuri Handoko) bahwa kuburan berposisi timur-barat ini menunjukkan bahwa masyarakat di negeri lama Elhau sudah mengenal Islam. Sebab, menguburkan mayit dengan posisi timur-barat termasuk dalam mazhab Syafi’i. Sekarang, pertanyaannya, tahun berapakah itu?


Mazhab Syafi’i mulai beredar di Nusantara sekitar abad 13/14 masehi. Mazhab ini dibawa oleh campuran muslim asal Gujarat dan Baghdad ke Nusantara setalah kekhalifahan Abbasyiah runtuh. Umat muslim waktu itu melakukan pengembaraan sembari berdagang sampai ke Nusantara. Pada abad 13/14 ini juga banyak ulama-ulama sufi melakukan dakwah di Nusantara.


Seiring berjalannya waktu, di Nusantara mulai menyebar ajaran-ajaran sufistik, seperti tarekat Naqsabandiyah dan tarekat Syattariyah yang kemungkinan dibawa ke Nusantara oleh Ibrahim al-Kurani. Disamping itu juga, pengaruh tradisi barzanji mulai populer di Nusantara.


Berdasarkan ulasan tersebut, maka bisa dikatakan bahwa ada hubungan antara Syaikh Maulana Abdurrahman Assagaf (tokoh imajiner) asal Baghdad dengan bukti kuburan berposisi timur-barat tersebut di Elhau. Namun, Syaikh Abdurrahman Assagaf mensyiarkan Islam bukan pada abad 1212 masehi, melainkan jauh setelah tahun tersebut yakni kemungkinan besar abad 14/15 masehi, atau bahkan setelah tahun tersebut. Selain itu, di Siri-Sori Islam juga ada marga Syatri, apakah ada kaitan dengan pengaruh Syattariyah? Wallahua’lam.


HASIL CATATAN PINGGIRAN:


Jika kita tengok ulasan di atas, maka ada tiga poin penting tentang tahun berapa Islam masuk ke Siri-Sori Islam:


Pertama, Islam masuk ke Siri-Sori Islam dibawa oleh tokoh imajiner asal Tuban yakni Muhammad Abdullah. Ini terjadi pada abad 14/15 masehi. Buktinya, piring porselen di negeri lama Elhau, kemungkinan besar disinyalir dibawa oleh armada Laksamana Cheng Ho yang sempat mendarat di Tuban.


Kedua, Islam masuk ke Siri-Sori Islam dibawa oleh tokoh imajiner asal Baghdad yakni Syaikh Maulana Abdurrahman Assagaf, ini kemungkinan besar terjadi pada abad 14/15 masehi. Sebab, campuran muslim asal Gujarat dan Baghdad mulai menjamah Nusantara abad 14/15 masehi.


Ketiga, Islam masuk ke Siri-Sori Islam pada abad 14/15 masehi. Buktinya, kuburan tua di negeri lama Elhau berposisi timur-barat yang disinyalir karena pengaruh mazhab Syafi’i. Mazhab ini mulai tersebar di Nusantara abad 14/15 masehi.


Keempat, tidak mungkin Islam masuk ke Siri-Sori Islam tahun 1869 dengan berpatokan pada kuburan tua bertulis Hajratuddin itu. Sebab, 52 tahun sebelum itu terjadi perang Pattimura, yang mana Said Perintah sudah beragama Islam. Artinya, Islam masuk ke Siri-Sori Islam jauh sebelum abad 18, atau tepatnya pada abad 16/17 masehi.


Jadi, kesimpulan sementara ialah Islam masuk ke Siri-Sori Islam sekitar abad 15/16 masehi. Artinya, kalau di hitung usia masuknya Islam ke Siri-Sori Islam yakni sudah berusia 500an tahun lebih. Kemungkinan besar seperti itu.


Gunung Malintang – Ambon

Senin, 24 Agustus 2020

Qashai Pelupessy

Komentar

  1. Assalamualaikum warahmatullahi, boleh tahu marga Syatri, yaitu Asysyathri atau yang bgmn?....mohon penjelasannya! Syukran katsiir

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Hidup

Di saat realita berganti wajah,  kau hadir, selalu tanpa esensi.  Kadang kau bahagia, hari ini kau sengsara,  besok kau memuakkan.  Hidup. Memang sebatas permainan.  Gelar yang kau bawa ke mana-mana,  di tempel di atas almanak,  undangan, koran, brosur, pamflet,  dan sejenisnya,  tak ku temukan esensi di sana.  Memang, hidup hanya sebatas permainan.  Aku melihat, sarjana hukum,  tak paham arti keadilan.  Aku melihat, sarjana ekonomi,  tak paham arti kesejahteraan.  Aku melihat, sarjana fisika, kimia, tak paham arti keharmonisan alam.  Aku melihat, sarjana sosiologi,  tak paham arti kerukunan.  Aku melihat, sarjana politik.  tak paham arti etika politik.  Aku melihat, sarjana filsafat,  tak paham arti kebijaksanaan. Kau hadir, selalu tanpa esensi.  Memang, hidup sebatas permainan.  Hanya sedikit yang p aham arti keadilan, kesejahter...

Jalan-jalan ke Benteng Amsterdam, Bertemu Putri Duyung-nya Rumphius

Hari ini, beta ingin menceritakan tentang pengalaman beta jalan-jalan ke benteng Amsterdam, desa Hila, kecamatan Leihitu, Maluku Tengah. Di Maluku, benteng-benteng peninggalan Portugis, Belanda, dan Spanyol terlampau banyak.  Ada benteng Victoria di pusat kota Ambon, benteng Durstede di pulau Saparua, benteng Orange di Ternate, benteng Kastela, benteng Toloko, dan masih banyak lagi. Hadirnya beberapa benteng ini membuktikan bahwa Maluku pada masanya sempat menjadi pusat perniagaan rempah-rempah.  Dalam beberapa catatan sejarah, seperti yang di tulis Adnan Amal, bahwa setiap benteng memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya, benteng Victoria atau benteng Kastela, biasanya digunakan sebagai kantor Gubernur. Ada juga benteng yang berfungsi sebagai lokasi pertahanan, seperti benteng Toloko.  Selain itu, ada juga benteng yang digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah (loji), seperti benteng Amsterdam. Benteng Amsterdam ialah salah-satu benteng yan...

"MITOS PRIBUMI MALAS"

( Ilustrasi pribumi. Lukisan ) Istilah "mitos pribumi malas" ini saya temui dari buku hasil penelitian yang ditulis Tania Murray Li dan Pujo Semedi (2022). Buku itu berjudul "Hidup Bersama Raksasa". Maksudnya, masyarakat hidup bersama perusahaan perkebunan. Kembali ke soal istilah, "Apakah pribumi kita benar-benar berwatak pemalas? Ataukah ini hanya mitos saja agar kita merasa inferior dalam mengelola sumber daya yang ada secara mandiri dan harmonis?" Jika kita periksa lembar-lembar sejarah, kita akan temui banyak fakta tentang mustahilnya pribumi kita punya watak pemalas. Kalau pribumi kita pemalas, maka tidak mungkin waktu itu pribumi kita bisa membuat perahu lalu mengarungi samudra sampai ke Madagaskar. Mustahil juga pribumi kita waktu itu melakukan perdagangan internasional sampai di anak benua India, lalu dari situ bahan-bahan dagang kita (putik cengkih, lada, dan pala) tersebar ke seluruh Eropa.  Usaha pribumi kita melakukan perdagangan internasional...

Baileo sebagai Tempat Musyawarah ("Hablumminannas?)

Baileo (rumah adat), di berbagai negeri/desa punya bentuk/arsitektur yang cukup beragam. Ada Baileo patasiwa dan ada patalima. Ulasan patasiwa dan patalima punya kontroversi tersendiri (bisa baca di buku Bartels). Karena kontroversi, maka Beta tidak masuk ke pembahasan tsb. Beta mau lihat, sejauhmana makna bangunan Baileo ini dibalik kepala orang Maluku. Baileo identik dengan istilah "balai" (istilah ini masih di perdebatkan), adalah tempat musyawarah para tetuah. Dalam sejarah manusia (bisa baca buku Yuval Noah Harari), masyarakat mulai mengenal sistem musyawarah ini sejak manusia lepas dari sistem berburu-meramu-nomaden. Harari mengatakan, perpindahan dari sistem berpikir nomaden ke masyarakat "fiksi - kognitif" yang mengandalkan akal sebagai alat musyawarah, adalah loncatan peradaban yang sangat luar biasa sekali. Artinya, jika kita turunkan ulasan ini ke makna "Baileo" maka sebetulnya masyarakat kita zaman dulu punya sistem berpikir yang s...