Di saat realita berganti wajah,
kau hadir, selalu tanpa esensi.
Kadang kau bahagia,
hari ini kau sengsara,
besok kau memuakkan.
Hidup. Memang sebatas permainan.
Gelar yang kau bawa ke mana-mana,
di tempel di atas almanak,
undangan, koran, brosur, pamflet,
dan sejenisnya,
tak ku temukan esensi di sana.
Memang, hidup hanya sebatas permainan.
Aku melihat, sarjana hukum,
tak paham arti keadilan.
Aku melihat, sarjana ekonomi,
tak paham arti kesejahteraan.
Aku melihat, sarjana fisika, kimia,
tak paham arti keharmonisan alam.
Aku melihat, sarjana sosiologi,
tak paham arti kerukunan.
Aku melihat, sarjana politik.
tak paham arti etika politik.
Aku melihat, sarjana filsafat,
tak paham arti kebijaksanaan.
Kau hadir, selalu tanpa esensi.
Memang, hidup sebatas permainan.
Hanya sedikit yang paham arti keadilan,
kesejahteraan, keharmonisan alam,
kerukunan, etika politik, dan juga kebijaksanaan.
Di manakah mereka, aku bertanya.
Aku melihat mereka,
ada di tubir peradaban,
menyaksikan tanpa bicara.
Memang, hidup hanya sebatas permainan.
Lorong Anggrek,
Sabtu, 25 Juli 2020
Qashai Pelupessy
Komentar
Posting Komentar