Langsung ke konten utama

Di Perjalankan (Kisah)


Hasil tidak pernah mengkhianati proses, alhamdulillah". Memang, dalam perjalanan hidup ini kita selalu di hadapkan pada berbagai pilihan. Tentu yang kita pilih ialah yang bukan merusak diri sendiri, melainkan demi meraih sesuatu hal yang di sebut sebagai "hakikat kehidupan - kebermanfaatan". 

Bicara pilihan dan hakikat kehidupan sudah pasti berhubungan dengan yang di atas sana yakni Allah - Tuhan Semesta Alam. Oleh karena itu, setiap pilihan yang akan-dan-telah kita pilih sudah pasti menjadi pilihan-Nya juga. 

Dengan demikian, butuh kerendahan hati untuk menerima segala konsekuensi yang kita pilih sendiri. Entah baik atau buruk nilainya bagi kita tetapi di mata Tuhan tetap bernilai baik.  

Waktu itu, memilih universitas dan berorganisasi merupakan salah-satu pilihan yang beta alami. Bahkan sampai sekarang beta selalu membuat beberapa pilihan untuk menjalani proses hidup ini. 

Tanpa sadar, rentetan perjalanan hidup dari satu kisah ke kisah lainnya seolah-olah tidak terpisah, saling berkelindan, yang konsekuensinya ialah menambah polesan-polesan bathin tersendiri dalam diri ini seperti ketahanan diri, kekuatan keyakinan, motivasi, dll. Seolah-olah, setiap pilihan itu sudah di arahkan oleh-Nya ke arah yang lebih baik. 

Setelah melewati beberapa klip dari kisah-kisah terdahulu itu, sekarang beta mencoba mengevaluasi dan bertanya-tanya di dalam diri ini, Kenapa waktu itu beta ingin kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII)? Padahal kampus-kampus di Yogyakarta sangat banyak jumlahnya (Beta tidak terpikir masuk ke UGM). 

Kenapa waktu itu Beta harus pilih jurusan Psikologi? Yang dari di situ akhirnya beta mengenal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)? Bahkan kenapa Beta berkeinginan kuat lanjut studi ke Universitas Negeri Yogyakarta kalau memang tidak di arahkan oleh beberapa senior di HMI kala itu? Dst. 

Jika Beta putar kisah ini, mungkin beta akan mengatakan bahwa beta tidak akan bisa mengetahui apa itu psikologi dan mengenal HMI tanpa masuk ke UII tempat lahirnya HMI (Lafran Pane sempat kuliah di STI sekarang UII). 

Dan mungkin, dulu, Beta tidak akan berkeinginan untuk lanjut studi tanpa Beta bersinggungan dengan kawan-kawan yang lebih dari saudara di HMI. Rentetan perjalanan ini, Beta sadar, sudah pasti di arahkan oleh-Nya.

Sebenarnya ada banyak kisah-kisah "mini" yang terselip di balik kisah-kisah "besar" di atas itu. Namun, Beta tidak punya banyak waktu untuk menguraikannya satu persatu. Beta hanya bisa bersyukur kepada-Nya, karena Beta bisa berjumpa dengan UII, HMI, dan UNY. 

Karena rasa syukur itulah, maka di hari yang indah ini (Rabu, 05 Februari 2020) Beta ingin mengucapkan "Happy Milad Mubarak HMI. Semoga ke depan HMI semakin jaya dan apapun yang di usahakan seluruh kader InsyaAllah pasti sampai. Yakin Usaha Sampai (Yakusa). Sebagaimana harapan Jenderal Besar Soedirman bahwa HMI harus menjadi (Harapan Masyarakat Indonesia - HMI)". 

Belajar banyak dari petuah para senior di HMI kala itu, bahwa apapun yang kita lakukan harus dengan totalitas kesadaran, rendah hati bukan rendah diri, proses menjadi 'quality fight' menuju 'single fighter', pengabdian, eksistensi yang progresif, dan Mardhotillah. 

Terima kasih untuk semua yang telah memberikan sedikit warna dalam hidup ini. Semoga apapun yang kita perjuangkan di hitung sebagai amal kebaikan di sisi-Nya kelak, aamiin.

Bahagia HMI
Yakin Usaha [Pasti] Sampai

Catatan: Beta tulis pada saat Milad Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 2020.

Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Rabu, 05 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Islam Masuk ke Siri-Sori Islam

Sampai detik ini, sejarah masuknya Islam ke pulau Saparua, tepatnya di negeri Siri-Sori Islam masih menjadi misteri. Ada pendapat mengatakan bahwa masuknya Islam ke Siri-Sori Islam tepat pada tahun 1212 masehi. Apakah pendapat ini benar demikian? Wallahua’lam. Jika kita mengatakan Islam masuk ke Saparua, tepatnya di Siri-Sori Islam pada abad 11/12 masehi, maka bisa dikatakan bahwa pendapat itu “hampir” benar adanya. Memang, pada abad 11/12 masehi ini Islam masuk ke Nusantara dibawa saudagar muslim asal Persia. Buktinya ialah pengaruh bahasa Persia dikalangan kerajaan-kerajaan Nusantara tentang kebiasaan duduk “bersila”. Kata “bersila” ini diserap dari kitab ‘Ajaib Al-Hind dikarang oleh muslim Persia bernama Buzurg bin Shariyar Al-Ramhurmuzi abad 11 masehi. Sekarang, mari kita tengok budaya kerajaan kita (di Siri-Sori Islam), apakah ada kebiasaan duduk “bersila” di hadapan raja? Wallahua’lam. Kalau kita lihat budaya kita, mustahil ada budaya duduk bersila dihadapan raja. Artinya, hal in...

Kata "Tabea" sebagai Wujud Perilaku Sopan-santun Orang Maluku - Malut

Dialah Dieter Bartels, antropolog asal Jerman yang sudah puluhan tahun melakukan studi di Maluku, mengatakan bahwa, meskipun orang Maluku itu punya watak keras dan terkadang diperankan sebagai "preman" di kota-kota besar, namun banyak juga orang Maluku yang punya perangai cerdas, cerdik, dan berpengetahuan luas. Artinya, stigma keras kepala alih-alih kurang beradab yang melekat pada orang Maluku ialah suatu kekeliruan yang cukup besar.  Orang Maluku yang beradab ini dapat kita lihat dalam praktik kebudayaan, ada terselip nilai-nilai etis yang sangat tinggi. Salah-satu budaya yang dapat kita perlihatkan di sini ialah kata "tabea", biasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari atau dalam upacara adat tertentu. Hampir setiap daerah yang ada di Indonesia bagian timur, kata "tabea" ini tak asing lagi di dengar khayalak umum.  Di Bone, Sulawesi Selatan, misalnya, ada kata "tabea" (dengan penghilangan huruf a menjadi tabe). Beta pernah dengar ...

Kata "Tabea" sebagai Bentuk Motivasi Orang Maluku - Malut

Di artikel sebelumnya, beta telah ulas mengenai kata "tabea" sebagai wujud perilaku sopan-santun. Sekarang ini, beta akan bahas perihal kata tabea sebagai "daya tonjok psikologis" atau bisa kita maknai sebagai motivasi diri. Kata "tabea" biasa dipraktikkan ketika seorang pemuda berjalan di depan orang tua, maka ia harus nunduk sambil membungkukkan badan, terus ia katakan "tabea - permisi".  Adakalanya juga kata "tabea" ini muncul dalam praktik tarian-tarian adat di Maluku, seperti tarian soya-soya (di Maluku Utara), dan sesekali kata itu juga diteriakkan para penari dalam tarian cakelele. Selain itu, kata tabea juga muncul dalam tradisi "arumbai manggurebe". Para kapitan atau malesi dalam beberapa kesempatan upacara adat, setelah mereka menutup sambutan akan dibarengi dengan teriakan, "tabea!" (dengan suara lantang), sontak masyarakat yang mendengar juga meneriakkan kata yang sama, "tabea!".  ...

PSIKOLOGI KRITIS (Sedikit Catatan)

"Jangan-jangan, psikologi yang saya pahami adalah buah dari kerja-kerja relasi kuasa di luar sana, yang saya tidak mengerti, tapi diam-diam masuk dan kita meyakininya sebagai kebenaran. Parahnya, kita mempraktikkannya tanpa kesadaran kritis" (Jumat, 11 Oktober 2024).  Asumsi itu muncul setelah saya baru selesai mengikuti kegiatan Konferensi Nasional yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan ini mengangkat tema "Menyala Indonesiaku: Psikologi sebagai Pilar Kesehatan Mental Generasi Emas". Dalam kegiatan itu, ada satu kajian yang menarik perhatian saya yakni, psikologi diskursus atau psikologi kritis. Sebuah kajian yang sedang saya minati belakangan ini. Berikut ini adalah sedikit dari catatan saya mengenai kegiatan itu yang kemudian saya gabungkan/menyadur dari artikel Prof. Teguh Wijaya Mulya.  .................. Teori-teori psikologi yang sudah mapan belum tentu dapat digunakan secara langsung untuk membaca fenomena psikologis di Indonesia. Perlu melihat ...