Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Jalan-jalan ke Benteng Amsterdam, Bertemu Putri Duyung-nya Rumphius

Hari ini, beta ingin menceritakan tentang pengalaman beta jalan-jalan ke benteng Amsterdam, desa Hila, kecamatan Leihitu, Maluku Tengah. Di Maluku, benteng-benteng peninggalan Portugis, Belanda, dan Spanyol terlampau banyak.  Ada benteng Victoria di pusat kota Ambon, benteng Durstede di pulau Saparua, benteng Orange di Ternate, benteng Kastela, benteng Toloko, dan masih banyak lagi. Hadirnya beberapa benteng ini membuktikan bahwa Maluku pada masanya sempat menjadi pusat perniagaan rempah-rempah.  Dalam beberapa catatan sejarah, seperti yang di tulis Adnan Amal, bahwa setiap benteng memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya, benteng Victoria atau benteng Kastela, biasanya digunakan sebagai kantor Gubernur. Ada juga benteng yang berfungsi sebagai lokasi pertahanan, seperti benteng Toloko.  Selain itu, ada juga benteng yang digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah (loji), seperti benteng Amsterdam. Benteng Amsterdam ialah salah-satu benteng yan...

Silaturahmi Lintas Roh Melalui Tradisi Ritual Cuci Air Kapitan

Tradisi di Maluku sudah terlampau banyak. Dari semua tradisi yang ada mengandung keluhuran adab yang sangat tinggi nilainya. Kita ambil contoh, tradisi cuci negeri.  Hampir di setiap kampung, prosesi ritual cuci negeri ini kerap di praktikkan masyarakat setempat. Tradisi ini di praktikkan pada saat agenda pergantian raja atau atap rumah Baileo.  Pertanyaan liarnya ialah mengapa pada saat pergantian raja selalu di laksanakan prosesi cuci negeri? Apa kaitannya? Adalah pertanyaan yang cukup menarik.  Ada dua faktor yang melatarbelakangi sehingga prosesi cuci negeri ini di lakukan. Pertama, faktor sejarah. Kedua, faktor pandangan filosofis masyarakat setempat.  Terkait faktor sejarah ini beta ambil contoh yaitu di negeri - masyarakat Maluku menyebut kampung dengan istilah negeri - Siri-Sori Islam. Di Siri-Sori Islam, setiap sudut kampungnya memiliki tempat supranatural.  Masyarakat memanggil tempat supranatural ini dengan sebutan "mata air k...

Sei Leli Hatulo, Hatulo Eleli Esepei (Bahasa Tanah)

"Panas pela" merupakan salah-satu tradisi yang ada di Maluku. Pela berarti hubungan genetik antar masyarakat dari dua kampung yang berbeda. Orang Maluku menyebut ikatan genetik sebagai "gandong", yang berarti saudara.  Masyarakat dari setiap kampung di Maluku menganut keyakinan agama yang berbeda-beda, Islam dan Kristen. Uniknya, meskipun ada perbedaan identitas, yang cenderung menyulut konflik sosial, namun bisa ditangani dengan hubungan "pela" ini.  Ada beberapa jenis pela yang ada di Maluku. Munculnya beberapa jenis pela di latar belakangi faktor sinkronik sejarah masa silam. Ada tiga jenis pela di Maluku yakni pela keras, pela gandong, dan pela tampa sirih. Pela keras ialah hubungan persaudaraan atas dasar sumpah darah para leluhur dari dua masyarakat beda kampung akibat perang di masa silam. Pela gandong berarti hubungan pela dilandasi ikatan genetik para leluhur dari dua kampung yang berbeda.  Terkait pela gandong, misalnya leluh...

Filosofi Sagu, Kekuatan Karakter (Character Strength)

Maluku menyimpan alam yang eksotis. Ada pantai pasir putih Liang. Pulau Molana yang indah. Sunset teluk Ambon yang megah. Dan puncak Binaya, cocok untuk para pencari ketenangan. Keindahan alam Maluku, alhamdulillah, belum terjamah kaki-kaki usil. Belum terjajah oleh para “penikmat alam”, yang tendensinya hanya merusak alam. Maluku, termasuk salah-satu provinsi seribu pulau di Indonesia. Setiap gugusan pulau diselimuti hutan lebat. Jangan heran, Dowes Dekker mengistilahkan, zamrud khatulistiwa. Mungkin karena itu juga, bung Pramoedya mendapat inspirasi di Pulau Buru. Warna hijau sangat menenteramkan mata. Cocok untuk para pencari gagasan peradaban demi masa depan yang gemilang. Sembilan puluh persen wilayah Maluku ialah laut. Laut punya sifat tersendiri. Ulasan kang Yudi Latif dalam bukunya Negara Paripurna, bahwa salah-satu sifat laut ialah menyerap dan membersihkan. Kata “menyerap” berarti terbuka menerima pandangan yang berbeda dan “membersihkan” ialah meniadakan hal...

Tarikat Nasionalis, Pengalaman Mendebarkan

Cerita ini bermula sejak pertama kali bertemu Abah, sapaan cinta bagi Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Awalnya saya hanya melihat ceramah-ceramah beliau melalui channel Youtube. Raut wajah dan mata beliau sejuk sekali. Senyum Abah yang indah mengingatkan saya pada cerita para sahabat Nabi mendetailkan perawakan kekasih Allah itu (Rasulullah). Indah, sejuk, tenang, dan damai, kata-kata inilah yang pertama kali terbesit ketika melihat Abah. Setiap bulan selalu ada pengajian di Kanzus Sholawat, Markas Besar (Mabes) Abah di Pekalongan, Jawa Tengah. Para jamaah menyebutnya Pengajian Rutin Kliwonan. Kami dari Jogja biasanya menghadiri pengajian itu, alhamdulillah rutin. Namun sesekali, sebagian dari kami ada yang tidak bisa berangkat ke sana karena masalah sepele keduniaan. Meski demikian, kami tetap berusaha berangkat ke sana. Kami senang sekali di Kanzus Sholawat. Entah apa yang membuat kami senang. Saya tidak bisa menerangkannya, yang pastinya sangat senang. Bagi sa...

Tradisi Pukul Sapu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘tradisi’ ialah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun-temurun dari nenek moyang. Di Indonesia, kita memiliki banyak sekali tradisi. Salah-satunya ialah tradisi pukul sapu yang ada di Maluku. Tepatnya di desa Mamala, Maluku Tengah. Tradisi ini biasanya dilakukan pada 7 Syawal setelah Idul Fitri. Tradisi pukul sapu sudah ada sejak abad 16 silam. Tradisi ini bermula saat tiga orang tokoh penting di Mamala ingin mendirikan sebuah masjid. Pada waktu itu, yang paling pertama dibutuhkan untuk membangun sebuah masjid ialah kayu. Ketiga orang tokoh tersebut bersama masyarakat pergi ke hutan untuk menebang pohon. Kayu-kayu yang diperoleh tidak boleh disambung, karena demi menjaga kekuatan dan keutuhan bangunan masjid. Sebab itu mereka mencari solusi bagaimana caranya agar kayu-kayu tetap utuh memanjang tanpa disambung. Beberapa kali solusi ditawarkan namun selalu gagal. Singkat ceri...

Baileo sebagai Tempat Musyawarah ("Hablumminannas?)

Baileo (rumah adat), di berbagai negeri/desa punya bentuk/arsitektur yang cukup beragam. Ada Baileo patasiwa dan ada patalima. Ulasan patasiwa dan patalima punya kontroversi tersendiri (bisa baca di buku Bartels). Karena kontroversi, maka Beta tidak masuk ke pembahasan tsb. Beta mau lihat, sejauhmana makna bangunan Baileo ini dibalik kepala orang Maluku. Baileo identik dengan istilah "balai" (istilah ini masih di perdebatkan), adalah tempat musyawarah para tetuah. Dalam sejarah manusia (bisa baca buku Yuval Noah Harari), masyarakat mulai mengenal sistem musyawarah ini sejak manusia lepas dari sistem berburu-meramu-nomaden. Harari mengatakan, perpindahan dari sistem berpikir nomaden ke masyarakat "fiksi - kognitif" yang mengandalkan akal sebagai alat musyawarah, adalah loncatan peradaban yang sangat luar biasa sekali. Artinya, jika kita turunkan ulasan ini ke makna "Baileo" maka sebetulnya masyarakat kita zaman dulu punya sistem berpikir yang s...

Di Perjalankan (Kisah)

Hasil tidak pernah mengkhianati proses, alhamdulillah". Memang, dalam perjalanan hidup ini kita selalu di hadapkan pada berbagai pilihan. Tentu yang kita pilih ialah yang bukan merusak diri sendiri, melainkan demi meraih sesuatu hal yang di sebut sebagai "hakikat kehidupan - kebermanfaatan".  Bicara pilihan dan hakikat kehidupan sudah pasti berhubungan dengan yang di atas sana yakni Allah - Tuhan Semesta Alam. Oleh karena itu, setiap pilihan yang akan-dan-telah kita pilih sudah pasti menjadi pilihan-Nya juga.  Dengan demikian, butuh kerendahan hati untuk menerima segala konsekuensi yang kita pilih sendiri. Entah baik atau buruk nilainya bagi kita tetapi di mata Tuhan tetap bernilai baik.   Waktu itu, memilih universitas dan berorganisasi merupakan salah-satu pilihan yang beta alami. Bahkan sampai sekarang beta selalu membuat beberapa pilihan untuk menjalani proses hidup ini.  Tanpa sadar, rentetan perjalanan hidup dari satu kisah ke kisah la...

Dunia yang Longgar

Teritorial hanya berlaku jika ada yang mengganggu kedaulatan. Selagi tidak ada gangguan, maka teritorial bersifat "longgar". Olehnya itu, kegiatan ekspor-impor lazim terjadi. Maybe.  Sistem ekspor-impor, melibatkan orang sebagai pekerja. Dalam situasi ini, orang Barat bisa "leluasa" berkunjung ke negeri Timur. Semua ini untuk keberlangsungan sistem ekonomi global.  Parawisata, menarik untuk di perhatikan. Alam yang eksotis di populerkan sampai ke luar negeri, demi menarik antusias turis asing berkunjung ke dalam negeri.  Tentu, turis asing akan membayar voucher perjalanan dengan harga bombastis. Semua akan di kelola menjadi pendapatan negara. Keuntungan transaksional.  Pendidikan, demi tujuan World University, maka mau-tak-mau mendorong para pimpinan universitas harus menarik mahasiswa asing kuliah ke dalam negeri. Materi pengantarnya ialah "bahasa Indonesia", di ajarkan tanpa mengecualikan pemahaman atas budaya setempat.  Industri...

Bisikan (1)

Apakah aku harus kembali belajar mengenalnya (masa iya, harus? Tanya suara hati). Memang sudah seharusnya, dan mau tak mau kau harus melakukannya. Baiklah, kan ku coba, tegasnya dalam hati.  Laki-laki dewasa itu bangkit dari kursi yang mulai rusak. Mungkin, karena umur kursi sudah setahun lebih tak pernah di ganti. Joknya sudah keriput, spons-nya kempes. Sudah tidak empuk lagi. Tapi, masih layak buat sekedar duduk-duduk. Tempat yang nyaman buat merenung, refleksi, tentang masa silam, terus kemudian ke masa depan.  Waktu terus berproses bagaikan kupu-kupu yang baru lepas dari rumah kepompongnya. Awalnya, situasi menuntut kita (seperti kupu-kupu) harus banyak berpuasa. Hakikat puasa ialah imsak, yang artinya menahan.  Menahan diri dari amarah, iri, dengki, sombong, dan seterusnya. Yang semua itu di arahkan pada hal-hal yang dapat menenteramkan bathin, seperti ikhlas, syukur, pemaaf, semangat, dan keyakinan diri yang kuat.  Itulah kupu-kupu, selama...

Kondisi Pasif

Terjebak mimpi yang fana Gerak jiwa tanpa diri Banyak yang tenggelam Lupa diri, lupa Aku Kembali pada hening Cahaya di balik lentera Seberkas cahaya tidur di depan mata Indah, lebih indah, dan nyata Menyatu, ingin bersatu Membakar, ingin membakar diri Ini hanya gerak hawa' Astaga. Salah.  Menyatu, di satukan Membakar, di bakar-Nya Aku pasif, Dia aktif Sungguh nyata Lagi-lagi, banyak yang lupa diri Dalam rutinitas mimpi Mencari hidup karena hawa' Yang fana tak bermakna Kasihan, selalu dikasihani Dia, tak peduli.  Watak-Nya sudah seperti itu,  Tercatat dalam sejarah.  Semoga, kita bisa di satukan.  Dengan seberkas cahaya Dalam kondisi pasif,  Aku tenang.  Qashai Pelupessy Maluku - Ambon Senin, 08 Juni 2020