Gunung gamalama merupakan salah-satu gunung vulkanik di Indonesia. Dalam bahasa Ternate, gunung di panggil dengan sebutan kie. Gamalama terdiri dari dua suku kata yakni "gam" dan "lamo" berarti "yang besar". Jadi, kie gam lamo ialah gunung yang besar.
Gunung ini tampak seperti kerucut (stratovolcano), khas curam di puncaknya dan landai di kakinya. Ketinggiannya 1.715 Mdpl lebih rendah dari gunung andong (1.731 Mdpl) yang ada di Magelang.
Gamalama pertama kali mengalami erupsi pada tahun 1538. Selang beberapa ratus/ribuan tahun kemudian, gamalama kembali meletus dan membentuk arsitektur alam yang indah di Ternate.
Hadirnya danau tolire serta bukit batu ‘angus' adalah salah-satu mahakarya gamalama. Belakangan tempat-tempat itu menjadi destinasi yang indah di tanah Maluku Utara.
Panorama yang indah di sekitar gamalama ini sangat menarik antusias para pendaki untuk menaikinya. Start point pendakian gamalama di mulai dari desa Moya di ketinggian 341 Mdpl, sehingga untuk sampai puncak (1715 Mdpl) menghabiskan waktu selama 9 jam lebih.
Setelah pendaki melewati 5 pos pendakian, mereka akan memasuki wilayah kasuba (sebut: pintu suba). Wilayah ini dipadati tumbuhan ilalang yang tingginya sejajar dengan tubuh manusia, bahkan ada yang lebih tinggi dari kepala manusia.
Memasuki wilayah ini seperti sedang berjalan di lorong-lorong sempit, yang di akhir lorongnya kita akan berdiri tepat di pintu suba. Posisi pintu suba menghadap ke arah kiblat, yang di depannya juga bercokol puncak gamalama.
Di pintu suba inilah, menurut masyarakat setempat ialah wilayah sakral, sehingga para pendaki di wajibkan untuk mengumandangkan adzan di tempat ini.
Ada beberapa alasan mengapa para pendaki harus mengumandangkan adzan di pintu suba. Pertama, karena ada jere momole di sekitar puncak gamalama. Jere adalah kuburan keramat yang sangat di hormati masyarakat setempat.
Karena penghormatan inilah maka siapapun yang mendaki gunung gamalama harus mengumandangkan adzan di pintu suba.
Kedua, gamalama di pandang sebagai “benda” keramat yang di turunkan dari kahyangan (langit = Tuhan). Ada cerita rakyat mengenai sejarah gamalama ini.
Konon, tanah gamalama dibawa oleh burung goheba berkepala dua dengan hati terbalik menempel di dadanya. Awalnya, burung ini di perintahkan pemimpin langit (Tuhan) mengitari bumi dengan membawa sebuah tanah “hangus”.
Namun, tanah itu tiba-tiba lepas dari cengkeraman goheba sehingga jatuh ke laut, dan jadilah pulau Ternate. Akhirnya, gamalama dan Ternate dipandang sebagai “benda” sakral yang datang dari langit.
Karena gamalama berasal dari langit maka siapapun yang mendakinya wajib mengumandangkan adzan sebagai penghormatan kepada penguasa langit.
Itulah sekilas tentang syarat-syarat mendaki gunung gamalama di Ternate. Syarat-syarat itu sudah menjadi tradisi bagi siapa saja yang ingin mendakinya.
Tanpa pandang-bulu, siapapun itu orangnya, baik pejabat atau jelata, tua atau muda, kaya atau miskin, orang Ternate asli atau bukan, semua wajib mengumandangkan adzan di pintu suba. Semoga tradisi ini terus di lestarikan sampai anak cucu kelak.
Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Minggu, 07 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar