Apakah aku harus kembali belajar mengenalnya (masa iya, harus? Tanya suara hati). Memang sudah seharusnya, dan mau tak mau kau harus melakukannya. Baiklah, kan ku coba, tegasnya dalam hati.
Laki-laki dewasa itu bangkit dari kursi yang mulai rusak. Mungkin, karena umur kursi sudah setahun lebih tak pernah di ganti. Joknya sudah keriput, spons-nya kempes. Sudah tidak empuk lagi. Tapi, masih layak buat sekedar duduk-duduk. Tempat yang nyaman buat merenung, refleksi, tentang masa silam, terus kemudian ke masa depan.
Waktu terus berproses bagaikan kupu-kupu yang baru lepas dari rumah kepompongnya. Awalnya, situasi menuntut kita (seperti kupu-kupu) harus banyak berpuasa. Hakikat puasa ialah imsak, yang artinya menahan.
Menahan diri dari amarah, iri, dengki, sombong, dan seterusnya. Yang semua itu di arahkan pada hal-hal yang dapat menenteramkan bathin, seperti ikhlas, syukur, pemaaf, semangat, dan keyakinan diri yang kuat.
Itulah kupu-kupu, selama menjadi kepompong, ia sangat rajin berpuasa. Ia melindungi dirinya dengan benang sutra halus, halus sekali. Meski angin bertiup kencang, tapi rumahnya tak pernah goyah, kuat.
Sampai pada waktunya, jrengg.. lahir menjadi kupu-kupu yang warnanya, aduhai, indah sekali. Hasil dari puasa selama beberapa hari menjadikan dirinya lebih terlihat mempesona.
Kita bagaikan kupu-kupu, yang mau-tak-mau harus belajar menahan diri dari segala bentuk rayuan kehidupan. Dengan demikian, kita akan lahir menjadi pribadi yang sangat mempesona. Dan ketika sudah mempesona, barulah kita siap melakukan berbagai hal untuk memenuhi tuntutan kehidupan.
Laki-laki yang sudah sedari tadi berdiri meninggalkan jok kursi kusam itu, mondar-mandir tanpa henti. Ia berpikir, apakah dirinya sudah siap? Apakah dirinya sudah selesai dengan proses menahan diri -- seperti kepompong itu? Apakah sudah? Apakah pantas? [Tanyanya dalam bathin].
Tiba-tiba, suara halus berbisik dari balik hatinya, "insya...Allah.. yakin saja.. semakin kau bertanya kapan kau siap, semakin itu pula kau merasa tidak siap.. ke-tidak-siap-an ialah bentuk lain dari bisikan syaitan.. percayalah, bersama Allah kau akan tenang.." (Suara itu sangat halus terdengar dari lubuk hati paling dalam).
Laki-laki itu, sontak menghentikan langkah kakinya yang sedari tadi mondar-mandir tak jelas. Ia lalu menatap ke langit-langit rumah. Ia tengadahkan wajahnya ke atas. Sembari ia berdoa,
"Ya Allah, Ya Tuhan-ku, bersama Nabi Muhammad utusan-Mu, jika semua ini adalah keharusan, dan karena pengabdian ku sebagai hamba-Mu, maka perkenankan suara bathin tadi ya Rabb, aku akan mencoba belajar kembali mengenalnya, semoga saja dia terbuka dan membuka diri, aamiin".
Selepas berdoa, laki-laki itu langsung bergegas keluar meninggalkan rumahnya. Dia berjalan menyusuri lorong-lorong sempit, dan menghilang. [BERSAMBUNG].
Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Kamis, 11 Juni 2020
Komentar
Posting Komentar