Langsung ke konten utama

Lolo Oko Iposo Hatu Noitee (Bahasa Tanah)


Watak orang Maluku terhadap keyakinan agamanya sangat-lah tegas dan prinsipil. Namun, di sisi lainnya, orang Maluku juga punya watak lentur dalam menerima perbedaan yang ada. Watak itu sebagaimana tergambar dari pernyataan Sultan Khairun berikut ini.

“Agama saya – Islam – dan agama Anda – Kristen – punya tujuan yang sama. Lantas, untuk apa saya harus menggantikan agama saya menjadi agama Anda?” (Khairun – Sultan Ternate ke-23).

Dari pernyataan Sultan Khairun itu, maka kita bisa ambil sedikit hikmah, bahwa sesungguhnya watak orang Maluku ialah watak inklusif. Watak inklusif berarti watak lentur. Yakni, di satu sisi tegas dalam keyakinan agamanya, dan di sisi lainnya lentur menerima perbedaan agama yang ada. Untuk mengetahui watak lentur ini, maka kita bisa tengok dalam praktik kebudayaan yang ada di Maluku.

Watak lentur orang Maluku dapat kita lihat di pulau Saparua, Maluku Tengah. Di Saparua, hanya ada dua desa yang muslim yakni Siri-Sori Islam dan Kulur. Selebihnya ialah desa Kristen.

Batas-batas wilayah yang menandakan adanya perbedaan agama, sangat terlihat jelas misalnya di Siri-Sori Islam yang sebelah selatannya ada Siri-Sori Kristen dan utaranya ada Ulat serta Ouw. Artinya, posisi Siri-Sori Islam di impit oleh dua/tiga desa Kristen sekaligus.

Meskipun tampak ada sekat-sekat perbedaan, namun pada situasi tertentu, semua akan lebur menjadi satu. Situasi melebur ini bisa kita amati dari salah-satu praktik kebudayaan di tanah Saparua, yakni paduan suara Kapata. Kapata merupakan sastra lisan (syair) yang di tuangkan dalam bentuk nyanyian secara bersama-sama.

Biasanya, syair Kapata di-nyanyikan pada saat acara; perkawinan, pelantikan raja, peresmian masjid, dst. Uniknya, syair Kapata ini di-nyanyikan dalam satu paduan suara, yang di dalamnya terdiri dari orang Islam dan Kristen.

Prosesi menyanyikan syair Kapata ini pernah di praktikkan saat acara peresmian masjid Baiturrahman di Siri-Sori Islam tahun 2003 lalu. Seluruh masyarakat, baik dari Ulat, Ouw, Siri-Sori Kristen, dan Haria, yang semuanya beragama Kristen, datang ke Siri-Sori Islam dalam rangka merayakan peresmian masjid Baiturrahman.

Masyarakat “sarane” (sebutan di Maluku: Kristen) yang datang ke Siri-Sori Islam, kemudian menggabungkan diri mereka ke dalam paduan suara Kapata bersama-sama. Barisan paduan suara Kapata di bentuk ber-shaf-shaf memanjang ke belakang. Di setiap barisannya terdiri dari orang sarane dan “salam” (sebutan di Maluku: Muslim).

Selain terdiri dari paduan suara, Kapata juga di pandu oleh satu pemukul “tifa” (alat musik Maluku mirip jimbe), dan satu orang dirigen. Syair-syair Kapata lalu di-nyanyikan saat menyambut tamu-tamu, seperti tokoh adat, pemuka agama, dan pemimpin daerah. Syai-syair Kapata yang di-nyanyikan sebagai berikut ini.

“Mae-mae upu latu puti eee yaa”
(Mari-mari masuk tuan-tuan)
“Minusu tula miyalano, miyalanoo”
(Masuk ke sini dengan rombongan, rombongan)
“Lolo oko iposo hatu noitee yaa”
(Samua pegang, pegang batu satu)
“Lolo oko ihanue bunga sorogae, bunga sorogae”
(Semua kasih bangun bunga surgawi, bunga surgawi – rumah Tuhan “masjid”).


Setiap frasa dari syair itu bukan tanpa makna, namun mengandung falsafah persatuan yang sangat dalam. Misalnya, syair, “Lolo oko iposo hatu noitee yaa” dan “Lolo oko ihanue bunga sorogae, bunga sorigae” di atas, mengandung falsafah persatuan, “Mari kita sama-sama, baik dari tuan-tuan, saya-muslim dan Anda-Kristen, bersama-sama pegang satu batu ini, untuk membangun rumah Tuhan yakni Masjid ini bersama-sama”.

Falsafah persatuan sangat terlihat jelas dalam kalimat “pegang satu batu” tsb di atas. Meskipun hanya satu batu, tapi mengundang semua orang, baik dari Muslim dan Kristen, bersama-sama memegangnya. Hal ini menandakan adanya persatuan dalam perbedaan.

Itulah wujud dari unity in diversity di pulau Saparua, Maluku Tengah. Kita bisa lihat, mulai dari paduan suara sampai pada syair-syair Kapata-nya, semua dibalut dengan nilai-nilai persatuan di dalam perbedaan. Artinya, meskipun ada sekat-sekat perbedaan, namun semuanya hidup dalam suasana penuh harmonis. Indah sekali suasana demikian. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Catatan: Artikel itu beta tulis dan di terbitkan media nasional ALIF.ID salah-satu media yang concern pada kajian "Keberislaman dalam Kebudayaan" di Indonesia. Artikel beta itu disponsori Kominfo RI.

Qashai Pelupessy
Ambon - Maluku
Rabu, 23 Oktober 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Celoteh Pohon Sukun tentang Virus Mematikan

Pohon sukun itu terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dia tumbuh ke atas, akar menancap ke bawah, ranting menjalar ke kiri dan ke kanan. Indah memang indah. Dia berkembang dari usia muda menjadi dewasa sehingga membuatnya lebih memahami apa yang di butuhkan kita semuanya.  Di bawah pohon sukun itu juga, sang proklamator menemukan mutiara pancasila, berisi lima dasar yang saling mengikat antar sesamanya. Kelima dasar ini jika di peras akan menjadi Tri Sila (Nasionalisme, Demokrasi, dan Keber-Tuhan-an), dan jika di peras lagi akan menjadi Eka Sila: Gotong Royong! Sebagaimana yang di ajarkan pohon sukun, bahwa rimbun daunnya dapat memberi rasa damai pada semua makhluk yang ada di bawahnya.  Seiring berjalannya waktu, pohon sukun itu mulai menua. Daun-daunnya mulai kehilangan energi, fotosintesis berjalan lambat. Akar-akarnya mulai sulit menyerap air, mungkin kita jarang menyiraminya, atau kita malah balik menyalahkan semesta: kok tidak turun hujan! Salah ...

Filosofi Nasi Pulut dalam Perilaku Orang Siri-Sori Islam

Tradisi orang Maluku sudah terlampau banyak. Salah-satu tradisi yang patut kita angkat jempol ialah tradisi "Ipika Mese-Mese". Tradisi ini khas di miliki orang Siri-Sori Islam, tepat di ujung pulau Saparua sana.  Meskipun luas Siri-Sori Islam tak seberapa, namun dari sana lahir anak-anak muda cerdas, yang berani memposisikan diri dalam berbagai sektor, baik politik, birokrasi, maupun akademisi. Sebab, orang Siri-Sori Islam punya perangkat kemajuan bersama, yakni Ipika Mese-Mese.  Hakikat Ipika Mese-Mese bisa kita lihat pada simbol nasi pulut. Pulut berasal dari beras padi ketan. Jika kita lihat padi ketan, kita akan menemukan bahwa semakin berisi padinya maka ia semakin merunduk. Makna filosofinya ialah rendah hati, santun, dan penyabar.  Jika butiran beras ketan kita kumpul dan masak, maka semuanya akan saling lengket-menyatu. Artinya, kepribadian rendah hati, santun, dan penyabar dari semua anak negeri lebur menjadi satu (lengket-menyatu).  Mak...

"MITOS PRIBUMI MALAS"

( Ilustrasi pribumi. Lukisan ) Istilah "mitos pribumi malas" ini saya temui dari buku hasil penelitian yang ditulis Tania Murray Li dan Pujo Semedi (2022). Buku itu berjudul "Hidup Bersama Raksasa". Maksudnya, masyarakat hidup bersama perusahaan perkebunan. Kembali ke soal istilah, "Apakah pribumi kita benar-benar berwatak pemalas? Ataukah ini hanya mitos saja agar kita merasa inferior dalam mengelola sumber daya yang ada secara mandiri dan harmonis?" Jika kita periksa lembar-lembar sejarah, kita akan temui banyak fakta tentang mustahilnya pribumi kita punya watak pemalas. Kalau pribumi kita pemalas, maka tidak mungkin waktu itu pribumi kita bisa membuat perahu lalu mengarungi samudra sampai ke Madagaskar. Mustahil juga pribumi kita waktu itu melakukan perdagangan internasional sampai di anak benua India, lalu dari situ bahan-bahan dagang kita (putik cengkih, lada, dan pala) tersebar ke seluruh Eropa.  Usaha pribumi kita melakukan perdagangan internasional...

Kreativitas dan Cengkih

Era sekarang menuntut nalar kreatif, jika tidak maka bisa ketinggalan dari daerah lain, bahkan dari negara-negara lain di dunia. Ada banyak hal yang harus kita geser, dari sikap ekslusif menjadi inklusif, dari tidak percaya diri menjadi percaya diri, dan dari konvensional menjadi terbarukan.  Kebiasaan mengelola dan memberdayakan potensi alam juga harus kita geser, dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru.  Dari dulu sampai detik ini, Maluku terkenal dengan kualitas buah cengkih-nya di samping memiliki potensi laut yang melimpah-ruah. Pohon cengkih mulai berbuah setelah lima tahun pertama kita menanamnya. Setelah itu, setahun sekali barulah berbuah lagi.  Harga sekilonya kadang naik kadang turun, tergantung nuansa pasar. Kemarin, 20 ribu sekarang 40 ribu, besok mungkin beda lagi. Begitupun seterusnya. Ini kebiasaan lama kita.  Namun, jika kita geser kebiasaan lama ini menjadi kebiasaan baru, maka nilai harga cengkih bisa melonjak tajam. Ini butuh kreativitas tingka...

PSIKOLOGI KRITIS (Sedikit Catatan)

"Jangan-jangan, psikologi yang saya pahami adalah buah dari kerja-kerja relasi kuasa di luar sana, yang saya tidak mengerti, tapi diam-diam masuk dan kita meyakininya sebagai kebenaran. Parahnya, kita mempraktikkannya tanpa kesadaran kritis" (Jumat, 11 Oktober 2024).  Asumsi itu muncul setelah saya baru selesai mengikuti kegiatan Konferensi Nasional yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan ini mengangkat tema "Menyala Indonesiaku: Psikologi sebagai Pilar Kesehatan Mental Generasi Emas". Dalam kegiatan itu, ada satu kajian yang menarik perhatian saya yakni, psikologi diskursus atau psikologi kritis. Sebuah kajian yang sedang saya minati belakangan ini. Berikut ini adalah sedikit dari catatan saya mengenai kegiatan itu yang kemudian saya gabungkan/menyadur dari artikel Prof. Teguh Wijaya Mulya.  .................. Teori-teori psikologi yang sudah mapan belum tentu dapat digunakan secara langsung untuk membaca fenomena psikologis di Indonesia. Perlu melihat ...

CONTOH: TULISAN ESAI LULUS BEASISWA

Untuk melamar beasiswa, seperti beasiswa LPDP Kemenkeu, maka pelamar diminta untuk menulis esai singkat tentang sejumlah kontribusi yang telah dilakukan selama ini. Ulasan tentang kontribusi ini paling tidak menjawab tiga hal yakni; (1) Kontribusi apa yang TELAH dilakukan?; (2) Kontribusi apa yang SEMENTARA dilakukan?; dan (3) Kontribusi apa yang NANTI dilakukan?. Intinya, ceritakan kontribusi apa baik itu SEBELUM, SEKARANG, dan NANTI. Membicarakan kontribusi ini bukan bermaksud untuk membanggakan diri sendiri, tapi sejauhmana peran anda di tengah kehidupan sosial. Berikut ini adalah contoh esai yang sudah saya tulis, dan alhamdulillah lulus beasiswa. Semoga bermanfaat.  ..............................  "Hidup damai” adalah dambaan setiap makhluk hidup di dunia ini. Baik itu hewan, tumbuhan, tanah, dan manusia, semuanya mendambakan kedamaian hidup. Itulah yang saya rasakan saat menulis personal statement ini setelah merefleksikan perjalanan hidup saya mulai sejak lahir hingga s...

Tujuan PRESTASI bukan IPK melainkan ILMU

Kisah nyata. Saat ini aku ingin bercerita tentang PRESTASI. Cerita ini bermula ketika aku masih duduk di bangku kuliah kala itu.  Semester awal, prestasi ku terbilang memuaskan. Aku banyak belajar, baca buku, dan jarang main-main. Aku banyak menghabiskan waktu senggang di perpustakaan.  Seiring berjalannya waktu, prestasi ku semakin anjlok. Aku banyak menyibukkan diri di organisasi.  Aku tak peduli dengan kuliah. Bagiku organisasi ialah tempat yang sama dengan kuliah. Di organisasi, aku bisa mengasah skill, yang hal ini tidak pernah aku dapat di bangku kuliah.  Tak hanya itu. Bahkan di organisasi juga aku banyak berdiskusi dengan kawan-kawan dari berbagai jurusan.  Bersama mereka, aku habiskan waktu untuk mengkaji filsafat. Mengkaji pemikiran para tokoh-tokoh kaliber dunia. Dan masih banyak topik kajian lainnya. Karena rutinitas yang terlalu padat di luar kampus, akhirnya aku mendapat IPK 2,75. Prestasi yang luar biasa sekaligus KONY...