Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2020

Celoteh Pohon Sukun tentang Virus Mematikan

Pohon sukun itu terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dia tumbuh ke atas, akar menancap ke bawah, ranting menjalar ke kiri dan ke kanan. Indah memang indah. Dia berkembang dari usia muda menjadi dewasa sehingga membuatnya lebih memahami apa yang di butuhkan kita semuanya.  Di bawah pohon sukun itu juga, sang proklamator menemukan mutiara pancasila, berisi lima dasar yang saling mengikat antar sesamanya. Kelima dasar ini jika di peras akan menjadi Tri Sila (Nasionalisme, Demokrasi, dan Keber-Tuhan-an), dan jika di peras lagi akan menjadi Eka Sila: Gotong Royong! Sebagaimana yang di ajarkan pohon sukun, bahwa rimbun daunnya dapat memberi rasa damai pada semua makhluk yang ada di bawahnya.  Seiring berjalannya waktu, pohon sukun itu mulai menua. Daun-daunnya mulai kehilangan energi, fotosintesis berjalan lambat. Akar-akarnya mulai sulit menyerap air, mungkin kita jarang menyiraminya, atau kita malah balik menyalahkan semesta: kok tidak turun hujan! Salah ...

Sumpah Darah Melahirkan Keharmonisan

Sejarah menuturkan bahwa ada seorang Kapitan di desa Rumbati yang berasal dari suku Ala bernama Pattialam. Ia menikah dengan Ratu Pormalei, dan dari perkawinan itu dikaruniai tiga orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan yaitu Timanole, Simanole, Silalohi (Lohilomanuputty), Nyai Intan dan Nyai Mas. Setelah dewasa ketiga orang anak laki-laki sepakat untuk pergi meninggalkan Hatumeten. Niat ini disampaikan kepada kedua orang tua mereka. Sang ibu kemudian mengambil sebuah mangkok untuk membuat sumpah janji dengan meminum tetesan darah dari jari-jari tangan ketiga saudara tersebut. Isi sumpah itu sebagai bukti bahwa ketiga saudara adalah satu gandong (kandung). Di manapun mereka berada mereka harus saling memperhatikan antara satu dengan yang lain. Sumpah janji ini bersifat mengikat sampai anak cucu turun temurun. Inilah sumpah yang bernilai mistik sangat tinggi. Perjalanan dari kelima bersaudara itu nantinya melahirkan beberapa kampung di Maluku. Saudara Timanole berhenti d...

"Sa Inoro'o Sa" sebagai Perilaku Politik Orang Siri-Sori Islam (4)

Sebagaimana yang sudah beta kemukakan di artikel kemarin, bahwa frasa "Sa Inoro'o Sa" ini punya makna sangat dalam. Dampak psikologis dari frasa tsb juga sangat beragam. Salah-satunya ialah empati, simpati, memaafkan, tolong-menolong, dan kohesi sosial.  Di artikel ke empat ini, beta ingin jelaskan terkait apa itu perilaku politik yang bersumber dari frasa tsb. Perilaku politik beta artikan sebagai upaya atau proses mempengaruhi dari seseorang ke seseorang atau masyarakat agar tercipta situasi yang harmonis.  Manusia merupakan makhluk politik. Zoon politicon adalah istilah yang di sematkan pada manusia sebagai "binatang politik". Dalam bahasa Inggris di sebut politic animal (binatang politik). Sejak bayi lahir dan langsung menangis, maka ia sudah berpolitik. Konteks politiknya ialah ketika si bayi mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk mengenali tangisannya.  Ketika si bayi menangis, maka ada tiga tanda yang harus kita kenali dan penu...

Keterkaitan Pulau Molana dan Sunan Gresik di Maluku

Pulau Molana, terlihat menawan. Pasirnya putih bersih. Air lautnya bening. Tempat yang layak bagi para pencari ketenangan. Pulau kecil ini berada di antara pulau Haruku dan Saparua.  Alam Molana sungguh eksotis. Hanya beberapa turis lokal yang berkunjung ke pulau ini. Olehnya itu, bisa dikatakan bahwa alam Molana masih sangat perawan. Belum tersentuh oleh tangan-tangan nakal penikmat alam.  Di samping alamnya eksotis, pulau Molana juga menyimpan misteri religus yang sangat menarik di bahas sekarang ini. Bermula dari penamaan atas pulau mungil ini, yakni "Molana".  Masyarakat setempat meyakini bahwa kata "Molana" merupakan sempalan dari kata "Maulana". Dalam KBBI, Maulana di artikan sebagai gelar kehormatan bagi ulama besar atau sufi. Konon, ada seorang ulama besar yang bergelar Maulana sempat menetap di pulau tersebut (*).  Ada yang mengatakan bahwa sang Maulana ini yang pertama kali mensyiarkan ajaran Islam di sekitar pulau Haruku da...

"Sa Inoro'o Sa" sebagai Perilaku Politik Orang Siri-Sori Islam (3)

Di artikel sebelumnya telah beta kemukakan bahwa ciri khas masyarakat Siri-Sori Islam ialah mistis, religius, dan punya hubungan interpersonal yang kuat. Ketiga ciri khusus ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku politik "Sa Inoro'o Sa". Melanjutkan yang telah di bahas sebelumnya, maka di artikel yang ketiga ini beta ingin memaparkan apa itu perilaku politik "Sa Inoro'o Sa". Dalam pandangan orang Siri-Sori Islam, frasa "Sa Inoro'o Sa" ini identik dengan sikap tolong-menolong.  Mungkin bisa dikatakan demikian, yakni sikap tolong-menolong. Namun, frasa "Sa Inoro'o Sa" ini tak hanya sebatas tolong-menolong saja. Sebab, sikap tolong-menolong ini merupakan dampak dari "Sa Inoro'o Sa". Olehnya itu, apa sebetulnya "Sa Inoro'o Sa"? Frasa ini punya makna sangat dalam. Dampak psikologis dari "Sa Inoro'o Sa" ini pun sangat beragam. Bisa berdampak pada per...

Tipu-tipuan saja..?

Produksi virus dan jual beli vaksin seolah-olah sedang lazim terjadi. Apakah benar? Wallahua'lam. Kita tidak bisa melawan takdir, bahwa virus ini memang ada. Dan jual beli vaksin pun juga ada.  (Kamu percaya dengan konspirasi gak? Kalau aku sih jelas-jelas gak percaya. Tapi, konspirasi itu ada? Bisa jadi... dengan tanda tanya).  Itulah sekilas intisari dari buku ibu Siti Fadilah Supari membuat hati semakin sensi. Buku berjudul "Saatnya Dunia Berubah" terbit tahun 2008 lalu ini membuat kita semakin resah tentang keadilan versus ketidakadilan.  Buku ini mendapat kepercayaan publik karena ada beberapa ahli bahkan tokoh-tokoh terkenal menulis ucapan terima kasih di sampul depan maupun belakang. Jadi, bagaimana mau bantah? Yasudahlah. Ikuti alur ceritanya saja.  Banyak yang mencari keuntungan dalam kesempitan. Banyak yang mengejar rating demi keuntungan iklan. Dan banyak orang tak mampu hanya bisa pasrah, dengan dalih serahkan pada ahlinya.  ...

Masjid Baiturrahman dan Rumah Adat Baileo di Siri-Sori Islam

Uniknya di Maluku, setiap kampung baik Muslim atau Kristen, pasti ada rumah adat Baileo-nya. Letak Baileo selalu berdekatan dengan rumah ibadah (Masjid atau Gereja). Seperti di Siri-Sori Islam, tepat di depan masjid Baiturrahman ada rumah Baileo. Begitu juga di Haria (kampung Kristen), dan kampung-kampung lainnya.  Kondisi itu membuat saya bertanya-tanya, kenapa bisa berdekatan? Apakah kedekatan Baileo dengan rumah ibadah ini merupakan suatu kebetulan? Ataukah sudah di rencanakan oleh para tetuah kita sebelumnya? Apa makna filosofinya?  Pikiran bebas saya menjawab, mungkin kedekatan Baileo dengan rumah ibadah ini sebagai "simbol" keharmonisan antara adat dan agama di tanah Maluku.  Akhir-akhir ini, banyak yang bertanya, mana yang lebih "kamuka" (pertama), adat ataukah agama?  Ada yang bilang, agama yang lebih "kamuka", karena orang tua-tua kita sudah beragama sebelum munculnya adat. Kalau seperti ini jawabannya, maka saya ingin bertan...

Sa Inoro'o Sa sebagai Perilaku Politik Orang Siri-Sori Islam (2)

Sebagaimana yang beta katakan di artikel kemarin bahwa beta akan jelaskan frasa "Sa Inoro'o Sa" sebagai perilaku politik orang Siri-Sori Islam. Apa itu Sa inoro'o Sa? Dan apakah ada kaitan dengan perilaku politik? Adalah pertanyaan menarik yang harus di jawab segera. Dalam kajian psikologi, ada proses untuk mengetahui perilaku seseorang. Pertama, kita harus melakukan observasi secara mendalam untuk meraba aspek-aspek psikologis. Aspek-aspek ini sebetulnya sudah ada dalam masyarakat. Masyarakat punya tata nilai tersendiri. Seperti nilai-nilai kebaikan, kejujuran, tolong menolong, dll. Semua nilai-nilai itu harus di serap dan di rumuskan menjadi perilaku-perilaku tertentu. Tidak semua nilai dalam masyarakat memiliki tendensi ke arah perilaku yang ingin di temukan. Misalnya, nilai-nilai kejujuran, punya tendensi ke arah perilaku yang cukup beragam. Nilai-nilai kejujuran bisa bermuara pada perilaku prososial, dan adakalanya juga ke arah perilaku memaafk...

Mengenang Idul Fitri di Siri-Sori Islam (Kampung Tercinta)

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Cerita ini bermula selepas sholat idul fitri tahun 2019 lalu. Beta tulis cerita ini mulai tanggal 05 Juni sampai 07 Juni di Siri-Sori Islam.  CERITA 05 JUNI 2019 Tepat pukul 09.15 WIT, kami sekeluarga mulai bertolak dari Ambon menuju desa Siri-Sori Islam, Saparua, Maluku Tengah. Mudik atau "pulang kampung" adalah tradisi yang biasanya kami lakukan setiap tahun setelah sholat idul fitri. Bulan (Juni 2019), hujan dan angin timur melanda bumi Maluku. Kami masih diberi kesempatan istirahat sejenak di rumah, menunggu sampai hujan benar-benar reda.  Selang beberapa menit kemudian, hujan reda. Kami segera memesan mobil ke pelabuhan Tulehu. Waktu tempuh dari rumah ke pelabuhan Tulehu yaitu 1 jam 20 menit. Lumayan jauh.  Sampai di Tulehu, kami segera memesan "speed" (sebutan orang Maluku: kapal laut). Ukuran speed cukup kecil. Daya tampung hanya 6 orang.  Kami: Kase harga 300 ribu saja elaa.....