Langsung ke konten utama

Evaluasi Keinginan



Masalah ada di luar diri kita. Dalam kehidupan, manusia selalu di benturkan dengan masalah. Kenapa kita selalu punya masalah? 

Setiap detik, pas bangun tidur, kita langsung diterpa masalah. Bentuk masalah pun sangat beragam. Apakah semua ini kebetulan? 

Masalah dekat kepada kita ketika kita dalam kondisi lemah. Lemah ekonomi yang paling utama. Keinginan untuk hidup sejahtera dibatasi oleh realita. 

Tuntutan keinginan yang terlalu banyak, tidak bisa dibendung. Akhirnya, masalah muncul tiba-tiba. 

Ketika masalah muncul, kita kalap karena tidak punya kemampuan mengatasinya. Namun, adakalanya juga kita sukses melewati masalah. 

Manusia punya POTENSI untuk memperbaiki situasi/masalah. Potensi ini sudah ada sejak lahir. Saya namakan, POTENSI KE-BERUSAHA-AN. 

Kita berusaha keluar dari masalah. Di dalam KE-BERUSAHA-AN ada NIAT untuk MEMPERBAIKI. Mungkin, lebih tepatnya ialah memperbaiki diri. 

Proses memperbaiki diri ke arah yang lebih baik. Naluri manusia memang seperti itu, yakni MEMPERBAIKI DIRI. 

Dengan memperbaiki diri, maka masalah apapun yang datang bisa kita atasi. Memperbaiki diri merupakan proses evaluasi terhadap masalah. 

Kita harus mencari inti masalah. Apa intinya? Inilah proses evaluasi. Masalah ekonomi merupakan inti dari KEINGINAN yang tidak terpenuhi. 

Nah, inti masalahnya ialah KEINGINAN. Maka keinginan ini yang harus di luruskan terlebih dahulu. Apakah puncak keinginan hanyalah memenuhi kekurangan ekonomi? 

Kalau kita telusuri lebih jauh, sebenarnya bukan ekonomi. Keinginan manusia ialah hidup sejahtera. Banyak di antara kita yang MISKIN tapi sejahtera. 

Artinya, masalah kita bukanlah ekonomi, melainkan keinginan untuk sejahtera. Oleh sebab itu, niat dari keinginan harus di luruskan. Ialah mencapai kesejahteraan hidup. 


Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Minggu, 10 Mei 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Hidup

Di saat realita berganti wajah,  kau hadir, selalu tanpa esensi.  Kadang kau bahagia, hari ini kau sengsara,  besok kau memuakkan.  Hidup. Memang sebatas permainan.  Gelar yang kau bawa ke mana-mana,  di tempel di atas almanak,  undangan, koran, brosur, pamflet,  dan sejenisnya,  tak ku temukan esensi di sana.  Memang, hidup hanya sebatas permainan.  Aku melihat, sarjana hukum,  tak paham arti keadilan.  Aku melihat, sarjana ekonomi,  tak paham arti kesejahteraan.  Aku melihat, sarjana fisika, kimia, tak paham arti keharmonisan alam.  Aku melihat, sarjana sosiologi,  tak paham arti kerukunan.  Aku melihat, sarjana politik.  tak paham arti etika politik.  Aku melihat, sarjana filsafat,  tak paham arti kebijaksanaan. Kau hadir, selalu tanpa esensi.  Memang, hidup sebatas permainan.  Hanya sedikit yang p aham arti keadilan, kesejahter...

Jalan-jalan ke Benteng Amsterdam, Bertemu Putri Duyung-nya Rumphius

Hari ini, beta ingin menceritakan tentang pengalaman beta jalan-jalan ke benteng Amsterdam, desa Hila, kecamatan Leihitu, Maluku Tengah. Di Maluku, benteng-benteng peninggalan Portugis, Belanda, dan Spanyol terlampau banyak.  Ada benteng Victoria di pusat kota Ambon, benteng Durstede di pulau Saparua, benteng Orange di Ternate, benteng Kastela, benteng Toloko, dan masih banyak lagi. Hadirnya beberapa benteng ini membuktikan bahwa Maluku pada masanya sempat menjadi pusat perniagaan rempah-rempah.  Dalam beberapa catatan sejarah, seperti yang di tulis Adnan Amal, bahwa setiap benteng memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya, benteng Victoria atau benteng Kastela, biasanya digunakan sebagai kantor Gubernur. Ada juga benteng yang berfungsi sebagai lokasi pertahanan, seperti benteng Toloko.  Selain itu, ada juga benteng yang digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah (loji), seperti benteng Amsterdam. Benteng Amsterdam ialah salah-satu benteng yan...

"MITOS PRIBUMI MALAS"

( Ilustrasi pribumi. Lukisan ) Istilah "mitos pribumi malas" ini saya temui dari buku hasil penelitian yang ditulis Tania Murray Li dan Pujo Semedi (2022). Buku itu berjudul "Hidup Bersama Raksasa". Maksudnya, masyarakat hidup bersama perusahaan perkebunan. Kembali ke soal istilah, "Apakah pribumi kita benar-benar berwatak pemalas? Ataukah ini hanya mitos saja agar kita merasa inferior dalam mengelola sumber daya yang ada secara mandiri dan harmonis?" Jika kita periksa lembar-lembar sejarah, kita akan temui banyak fakta tentang mustahilnya pribumi kita punya watak pemalas. Kalau pribumi kita pemalas, maka tidak mungkin waktu itu pribumi kita bisa membuat perahu lalu mengarungi samudra sampai ke Madagaskar. Mustahil juga pribumi kita waktu itu melakukan perdagangan internasional sampai di anak benua India, lalu dari situ bahan-bahan dagang kita (putik cengkih, lada, dan pala) tersebar ke seluruh Eropa.  Usaha pribumi kita melakukan perdagangan internasional...

Baileo sebagai Tempat Musyawarah ("Hablumminannas?)

Baileo (rumah adat), di berbagai negeri/desa punya bentuk/arsitektur yang cukup beragam. Ada Baileo patasiwa dan ada patalima. Ulasan patasiwa dan patalima punya kontroversi tersendiri (bisa baca di buku Bartels). Karena kontroversi, maka Beta tidak masuk ke pembahasan tsb. Beta mau lihat, sejauhmana makna bangunan Baileo ini dibalik kepala orang Maluku. Baileo identik dengan istilah "balai" (istilah ini masih di perdebatkan), adalah tempat musyawarah para tetuah. Dalam sejarah manusia (bisa baca buku Yuval Noah Harari), masyarakat mulai mengenal sistem musyawarah ini sejak manusia lepas dari sistem berburu-meramu-nomaden. Harari mengatakan, perpindahan dari sistem berpikir nomaden ke masyarakat "fiksi - kognitif" yang mengandalkan akal sebagai alat musyawarah, adalah loncatan peradaban yang sangat luar biasa sekali. Artinya, jika kita turunkan ulasan ini ke makna "Baileo" maka sebetulnya masyarakat kita zaman dulu punya sistem berpikir yang s...