Dalam situasi sulit, anda tidak perlu menjadi pribadi hebat. Yang di perlukan saat ini ialah menjadi pribadi yang bermanfaat.
Kontribusi apa yang sudah Anda berikan? Apakah hanya kritik? Sudah tentu tidak akan menyelesaikan persoalan. Malah akan menambah masalah baru.
Di era Demokrasi, setiap individu bebas berpendapat. Kritik yang membangun sangat di perlukan. Namun, harus beretika.
Yang perlu di tegaskan di sini ialah jangan menjadi trouble maker, tapi problem solver. Sebagai problem solver, setiap kritik harus punya solusi.
Solusinya ialah berupa kontribusi nyata. Kontribusi ini landasannya ialah ilmu pengetahuan. Jika Anda punya pengetahuan lebih, maka coba berikan kepada masyarakat di masa pandemi ini.
Saat ini, kita butuh interkoneksi ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu harus bersatu. Tidak boleh terpisah-pisah. Membaca persoalan virus ini harus secara berbarengan.
Dalam filsafat ilmu, terkait interkoneksi ilmu sudah selesai di bahas. Bahwa tidak ada masalah, setiap ilmu mengalami interkoneksi. Dalam istilah filsafat ialah interdisipliner.
Misalnya, saat ini, telah terjadi interkoneksi ilmu antara psikologi dan teknologi. Muncul gagasan baru berupa penyediaan Layanan SEJIWA.
Teknologi membantu ilmu psikologi (atau sebaliknya) untuk leluasa memberikan konseling publik. Hal ini merupakan terobosan yang luar biasa.
Tentu, terobosan spektakuler itu tidak hanya terjadi antara psikologi dan teknologi. Disiplin ilmu yang lain pun bisa terjadi hal serupa.
Semoga, dalam situasi sulit ini, produk interkoneksi ilmu semakin banyak. Dengan begitu, masalah pandemi Covid-19 bisa teratasi maksimal.
Selain "harapan" kita pada interkoneksi ilmu itu, kita juga harus berharap kepada Allah, semoga virus covid-19 ini segera berakhir. Sebagai makhluk yang tak berdaya, Allah sebagai spirit utama dalam melihat situasi.
Sekian ulasan singkat ini. Semoga bisa bermanfaat bagi yang membaca. Terima kasih. Wallahua'lam.
Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Selasa, 12 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar