Ambon di bulan Juli. Angin timur. Pas, ini musim hujan. Sedangkan di Jawa, khusus Yogyakarta, di sana lagi musim kemarau. Bulan-bulan ini, di Yogyakarta pasti dingin tulen. Musim kemarau, gorong-gorong di sana sejenak imsak dari suara desiran air, berhenti, diam.
Sementara di Ambon, got-got padat sampah perlahan di sapu bersih air langit. Antropolog Jerman, Dieter Bartels, mengatakan, "Hujan di Maluku bisa membuat penuh satu kolam renang". Pernyataan itu betul.
Got-got padat sampah. Tikus-tikus impor yang sudah lama dibawa kapal pesiar bermuatan kontener, kini sedang berlari-lari kecil di sepanjang got-got dekil. Tentu, mereka, para tikus itu bahagia sekali. Lubang jalan pasar mardika, mungkin menjadi sirkuit unik bagi para tikus got.
Pasar tradisional yang tak terawat, bisa dikatakan, "jauh dari istilah higienis". Bersebelahan dengan tukang jual sayur, ada penjual ikan segar komlo, cakalang, dll, hasil tangkap nelayan semalam. Agar ikan itu terlihat segar, sesekali si penjual menyiramnya dengan air bercampur darah. Tabiat ini membuat jalan semakin becek, gak ada ojek (Cinta Laura).
Masuk-keluar mobil plat kuning, hitam, dan merah menambah pemandangan menarik sepanjang jalan pasar Mardika. Sesekali ban mobil itu menyentuh kubangan air cokelat ke-hitam-hitam-an, sehingga membuat air itu pecah kiri-kanan.
Pertunjukan itu semakin membuat meriah balapan para tikus-tikus got di jalan pasar Mardika. Seolah-olah, para tikus sedang di sorak-sorai para pengendara, hore!
Pertunjukan itu semakin membuat meriah balapan para tikus-tikus got di jalan pasar Mardika. Seolah-olah, para tikus sedang di sorak-sorai para pengendara, hore!
Qashai Pelupessy
Maluku - Ambon
Maluku - Ambon
Selasa, 14 Juli 2020
Komentar
Posting Komentar