Semua hari sebenarnya spesial tergantung kita melihatnya. Di mata umat muslim, ada dua hari dalam setahun yang begitu spesial sekali, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
Saking spesialnya dua hari itu, banyak umat muslim di berbagai negara memeriahkannya dengan beberapa tradisi unik. Biasanya, tradisi dilakukan sebelum sholat Id, atau setelah sholat Id. Misalnya, tradisi "pukul lidi" di Morela-Mamala.
Tradisi itu dilakukan pada bulan Syawal, beberapa minggu setelah sholat Id. Tradisinya tampak unik di saat dua kelompok masyarakat dari Morela-Mamala akan saling pukul menggunakan batang lidi sampai keluar darah di sekujur badan.
Setelah prosesi pukul lidi selesai, kedua kelompok masyarakat akan saling bantu-membantu mengoles obat minyak yang sudah di doakan tokoh masyarakat setempat. Uniknya, saat minyak ini dioles ke sekujur badan yang tadinya keluar darah, tampak darah itu pun berhenti dan rasa sakit menjadi hilang.
Selain tradisi pukul lidi, ada juga tradisi abda'u di Tulehu, Maluku Tengah. Tradisi ini sudah dipraktikkan masyarakat sejak lama. Kata abda'u ini identik dengan kata ibadah. Artinya, tradisi abda'u sarat dengan nilai-nilai ibadah.
Uniknya, tradisi itu dilakukan saat sebelum penyembelihan hewan kurban. Hewan yang akan dikurbankan ialah tiga ekor kambing. Ketiga ekor kambing ini akan digendong pakai kain oleh pemuka adat, tokoh agama, dan pemuda abda'u setempat.
Ketiga kambing itu akan diarak keliling kampung Tulehu sambil takbir dan sholawatan, sampai mereka berhenti di pelataran masjid kampung Tulehu. Ketiga kambing itu kemudian diserahkan ke imam masjid untuk di sembelih. Tampak, masyarakat sangat antusias sekaligus bahagia melakukan tradisi tersebut.
Selain dua tradisi di atas, yakni pukul lidi dan abda'u, ada juga tradisi unik di Siri-Sori Islam menyebutnya "hadarat". Tradisi ini pun dilakukan setelah sholat id. Beberapa daerah lain di Maluku kerap mempraktikkan tradisi hadarat ini, misalnya di desa Hualoy, Seram Bagian Barat.
Sejak kapan masyarakat mempraktikkan tradisi hadarat ini yang menjadi poin menarik untuk di jawab. Sebab, dengan mengetahui kapan hadarat ini ada, maka kita akan lebih mengerti tahun berapa (?) syiar Islam berlangsung di tanah Maluku.
Selain itu, dengan mengetahui kapan (?), maka kita juga akan tahu sanad keilmuan ajaran Islam ini berasal dari mana, dibawa oleh ulama siapa, dst. Menarik jika kita telusuri kata "hadarat" dan apa yang terkandung dibalik kata itu.
Kata "hadarat" diserap dari bahasa Arab yakni "hadhoroh" yang berarti "hadir atau datang". Hadir merupakan kata kerja, menunjukkan "ada-nya" orang yang datang ke "kita". Siapakah orang itu? Di dalam tradisi hadarat, para pelantun hadarat selalu membaca doa-doa berupa tawasulan (kirim doa) kepada "subjek" yang di muliakan, yakni Nabi Besar Muhammad SAW.
Sepengetahuan masyarakat awam (common sense), bahwa tradisi tawasulan ini sangat khas dari Persia (saat ini Iran). Artinya, "mungkin" tradisi hadarat ini dibawa langsung oleh ulama-ulama Persia.
Itulah beberapa tradisi orang Maluku sebelum/setelah sholat Idul Fitri dan sholat Idul Adha. Alhamdulillah, sampai sekarang, tradisi hadarat, abda'u, dan pukul lidi masih dipraktikkan masyarakat Maluku.
Gunung Malintang, 31 Juli 2020
Qashai Pelupessy
Saking spesialnya dua hari itu, banyak umat muslim di berbagai negara memeriahkannya dengan beberapa tradisi unik. Biasanya, tradisi dilakukan sebelum sholat Id, atau setelah sholat Id. Misalnya, tradisi "pukul lidi" di Morela-Mamala.
Tradisi itu dilakukan pada bulan Syawal, beberapa minggu setelah sholat Id. Tradisinya tampak unik di saat dua kelompok masyarakat dari Morela-Mamala akan saling pukul menggunakan batang lidi sampai keluar darah di sekujur badan.
Setelah prosesi pukul lidi selesai, kedua kelompok masyarakat akan saling bantu-membantu mengoles obat minyak yang sudah di doakan tokoh masyarakat setempat. Uniknya, saat minyak ini dioles ke sekujur badan yang tadinya keluar darah, tampak darah itu pun berhenti dan rasa sakit menjadi hilang.
Selain tradisi pukul lidi, ada juga tradisi abda'u di Tulehu, Maluku Tengah. Tradisi ini sudah dipraktikkan masyarakat sejak lama. Kata abda'u ini identik dengan kata ibadah. Artinya, tradisi abda'u sarat dengan nilai-nilai ibadah.
Uniknya, tradisi itu dilakukan saat sebelum penyembelihan hewan kurban. Hewan yang akan dikurbankan ialah tiga ekor kambing. Ketiga ekor kambing ini akan digendong pakai kain oleh pemuka adat, tokoh agama, dan pemuda abda'u setempat.
Ketiga kambing itu akan diarak keliling kampung Tulehu sambil takbir dan sholawatan, sampai mereka berhenti di pelataran masjid kampung Tulehu. Ketiga kambing itu kemudian diserahkan ke imam masjid untuk di sembelih. Tampak, masyarakat sangat antusias sekaligus bahagia melakukan tradisi tersebut.
Selain dua tradisi di atas, yakni pukul lidi dan abda'u, ada juga tradisi unik di Siri-Sori Islam menyebutnya "hadarat". Tradisi ini pun dilakukan setelah sholat id. Beberapa daerah lain di Maluku kerap mempraktikkan tradisi hadarat ini, misalnya di desa Hualoy, Seram Bagian Barat.
Sejak kapan masyarakat mempraktikkan tradisi hadarat ini yang menjadi poin menarik untuk di jawab. Sebab, dengan mengetahui kapan hadarat ini ada, maka kita akan lebih mengerti tahun berapa (?) syiar Islam berlangsung di tanah Maluku.
Selain itu, dengan mengetahui kapan (?), maka kita juga akan tahu sanad keilmuan ajaran Islam ini berasal dari mana, dibawa oleh ulama siapa, dst. Menarik jika kita telusuri kata "hadarat" dan apa yang terkandung dibalik kata itu.
Kata "hadarat" diserap dari bahasa Arab yakni "hadhoroh" yang berarti "hadir atau datang". Hadir merupakan kata kerja, menunjukkan "ada-nya" orang yang datang ke "kita". Siapakah orang itu? Di dalam tradisi hadarat, para pelantun hadarat selalu membaca doa-doa berupa tawasulan (kirim doa) kepada "subjek" yang di muliakan, yakni Nabi Besar Muhammad SAW.
Sepengetahuan masyarakat awam (common sense), bahwa tradisi tawasulan ini sangat khas dari Persia (saat ini Iran). Artinya, "mungkin" tradisi hadarat ini dibawa langsung oleh ulama-ulama Persia.
Itulah beberapa tradisi orang Maluku sebelum/setelah sholat Idul Fitri dan sholat Idul Adha. Alhamdulillah, sampai sekarang, tradisi hadarat, abda'u, dan pukul lidi masih dipraktikkan masyarakat Maluku.
Gunung Malintang, 31 Juli 2020
Qashai Pelupessy
Komentar
Posting Komentar