Kalau kau mulai resah, gundah hati mu, maka pulanglah, aku setia menunggu.
Di sini, kau bisa teguk air jernih dari tanah, bukan campuran belerang atau kimia, air yang ikhlas menghilangkan dahaga.
Di sini, kau bisa makan patatas, kaladi, dari utang Hatumete sampai Kaiyala, bikin bahagia.
Di sini, kau bisa makan ikan komlo, julung, dan sebagainya, diambil dari laut biru Saparua.
Kalau air masin mulai surut, kau bisa bameti, ambe bia lalu masak, enak sekali.
Di sini, kita bisa berbagi sagu salempeng pata dua, sambil dengar lagu "mae ipika mese-mese" bersama-sama.
Di sini, tak ada suara bising kenalpot, sepi dari gemuruh pesawat, dan stom kapal-kapal besar angkut barang.
Di sini, hanya ada suara burung di muka rumah raja, saat matahari mulai tenggelam, tanda magrib tiba.
Di sini, tak terdengar berita sumbang tentang situasi ibu kota atau papa kota. Di sini, hanya ada carita tentang obat-obat tua, dan besok kau makan apa.
Di sini, kau dan aku, bisa menjadi kita. Di sini, di Siri-Sori Islam, ujung tenggara pulau Saparua.
Lorong Anggrek, Gunung Malintang
Rabu, 22 Juli 2020
Qashai Pelupessy
Komentar
Posting Komentar