Langsung ke konten utama

Tidak Ada Perubahan


Tak sedikit yang mengatakan bahwa ada perubahan. Apakah betul ada perubahan? Sepertinya tidak ada. Memang, tampak ada perubahan, namun perubahan itu hanya menyentuh hal-hal sekunder, bukan primer (fundamental). 

Yang beta maksud dengan perubahan sekunder ialah perubahan aktivitas dan suasana. Sedangkan, perubahan primer (fundamental) ialah perubahan perilaku. 

Kalau pun ada yang mengatakan bahwa perubahan suasana juga turut merubah perilaku kita, maka perubahan itu tidak ada artinya atau tidak bertahan lama. Kita ambil contoh kasus covid-19. 

Apakah covid-19 telah merubah perilaku kita? Apakah setelah covid-19 kita akan menjadi pribadi yang individual? Atau malah lebih kolektivis?

Perubahan perilaku tergantung pada kehendak kita sendiri, bukan suasana. Namun, "tipe" perilaku macam apa yang musti kita pertahankan, dan harus kita ubah? Kita punya "tipe" perilaku. 

Ada dua tipe perilaku, yakni negatif dan positif. Perilaku negatif seperti cemas, khawatir, suka kritik tanpa nalar kritis, dll. Sedangkan, perilaku positif ialah motivasi, keyakinan diri, kritis, dll. 

Dari dua tipe perilaku itu, mari kita kembali lagi pada pertanyaan di atas, apakah covid-19 telah merubah perilaku negatif kita? Mustahil ada perubahan. 

Meskipun aktivitas kita "seolah-olah" telah berpindah dari dunia "nyata" ke dunia "maya", namun tetap saja kita masih suka khawatir, cemas, suka kritik tanpa nalar kritis, dll. Artinya, perubahan suasana tidak berpengaruh pada perubahan yang paling fundamental dalam hidup ini. 

Perubahan hanya tergantung pada kehendak bebas kita sendiri. Sampai di situ saja pembahasannya. Intinya, tidak ada perubahan yang paling fundamental selepas covid-19 ini. 

Lorong Anggrek
Senin, 27 Juli 2020

Qashai Pelupessy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Permainan Hidup

Di saat realita berganti wajah,  kau hadir, selalu tanpa esensi.  Kadang kau bahagia, hari ini kau sengsara,  besok kau memuakkan.  Hidup. Memang sebatas permainan.  Gelar yang kau bawa ke mana-mana,  di tempel di atas almanak,  undangan, koran, brosur, pamflet,  dan sejenisnya,  tak ku temukan esensi di sana.  Memang, hidup hanya sebatas permainan.  Aku melihat, sarjana hukum,  tak paham arti keadilan.  Aku melihat, sarjana ekonomi,  tak paham arti kesejahteraan.  Aku melihat, sarjana fisika, kimia, tak paham arti keharmonisan alam.  Aku melihat, sarjana sosiologi,  tak paham arti kerukunan.  Aku melihat, sarjana politik.  tak paham arti etika politik.  Aku melihat, sarjana filsafat,  tak paham arti kebijaksanaan. Kau hadir, selalu tanpa esensi.  Memang, hidup sebatas permainan.  Hanya sedikit yang p aham arti keadilan, kesejahter...

Jalan-jalan ke Benteng Amsterdam, Bertemu Putri Duyung-nya Rumphius

Hari ini, beta ingin menceritakan tentang pengalaman beta jalan-jalan ke benteng Amsterdam, desa Hila, kecamatan Leihitu, Maluku Tengah. Di Maluku, benteng-benteng peninggalan Portugis, Belanda, dan Spanyol terlampau banyak.  Ada benteng Victoria di pusat kota Ambon, benteng Durstede di pulau Saparua, benteng Orange di Ternate, benteng Kastela, benteng Toloko, dan masih banyak lagi. Hadirnya beberapa benteng ini membuktikan bahwa Maluku pada masanya sempat menjadi pusat perniagaan rempah-rempah.  Dalam beberapa catatan sejarah, seperti yang di tulis Adnan Amal, bahwa setiap benteng memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya, benteng Victoria atau benteng Kastela, biasanya digunakan sebagai kantor Gubernur. Ada juga benteng yang berfungsi sebagai lokasi pertahanan, seperti benteng Toloko.  Selain itu, ada juga benteng yang digunakan sebagai tempat penyimpanan rempah-rempah (loji), seperti benteng Amsterdam. Benteng Amsterdam ialah salah-satu benteng yan...

"MITOS PRIBUMI MALAS"

( Ilustrasi pribumi. Lukisan ) Istilah "mitos pribumi malas" ini saya temui dari buku hasil penelitian yang ditulis Tania Murray Li dan Pujo Semedi (2022). Buku itu berjudul "Hidup Bersama Raksasa". Maksudnya, masyarakat hidup bersama perusahaan perkebunan. Kembali ke soal istilah, "Apakah pribumi kita benar-benar berwatak pemalas? Ataukah ini hanya mitos saja agar kita merasa inferior dalam mengelola sumber daya yang ada secara mandiri dan harmonis?" Jika kita periksa lembar-lembar sejarah, kita akan temui banyak fakta tentang mustahilnya pribumi kita punya watak pemalas. Kalau pribumi kita pemalas, maka tidak mungkin waktu itu pribumi kita bisa membuat perahu lalu mengarungi samudra sampai ke Madagaskar. Mustahil juga pribumi kita waktu itu melakukan perdagangan internasional sampai di anak benua India, lalu dari situ bahan-bahan dagang kita (putik cengkih, lada, dan pala) tersebar ke seluruh Eropa.  Usaha pribumi kita melakukan perdagangan internasional...

Baileo sebagai Tempat Musyawarah ("Hablumminannas?)

Baileo (rumah adat), di berbagai negeri/desa punya bentuk/arsitektur yang cukup beragam. Ada Baileo patasiwa dan ada patalima. Ulasan patasiwa dan patalima punya kontroversi tersendiri (bisa baca di buku Bartels). Karena kontroversi, maka Beta tidak masuk ke pembahasan tsb. Beta mau lihat, sejauhmana makna bangunan Baileo ini dibalik kepala orang Maluku. Baileo identik dengan istilah "balai" (istilah ini masih di perdebatkan), adalah tempat musyawarah para tetuah. Dalam sejarah manusia (bisa baca buku Yuval Noah Harari), masyarakat mulai mengenal sistem musyawarah ini sejak manusia lepas dari sistem berburu-meramu-nomaden. Harari mengatakan, perpindahan dari sistem berpikir nomaden ke masyarakat "fiksi - kognitif" yang mengandalkan akal sebagai alat musyawarah, adalah loncatan peradaban yang sangat luar biasa sekali. Artinya, jika kita turunkan ulasan ini ke makna "Baileo" maka sebetulnya masyarakat kita zaman dulu punya sistem berpikir yang s...